Utang Luar Negeri RI Turun pada Akhir Tahun Lalu, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia menurun pada akhir tahun 2022, bila dibandingkan dengan akhir tahun 2021.  Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi ULN Indonesia pada akhir tahun 2022 sebesar US$ 396,8 miliar atau turun 4,1% secara tahunan (year on year/YoY) bila dibandingkan dengan posisi akhir 2021 yang sebesar US$ 415,1 miliar. 

Dari data BI, penurunan ini seiring dengan penurunan baik ULN pemerintah maupun ULN swasta. 

ULN pemerintah tercatat sebesar US$ 186,5 miliar atau turun 6,8% YoY dari posisi akhir 2021 yang tercatat US$ 200,2 miliar. Sedangkan ULN swasta tercatat sebesar US$ 201,2 miliar atau menurun 1,8% YoY dari US$ 205,9 miliar di posisi akhir tahun 2021. 


Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat, penurunan ULN Indonesia pada tahun 2022 didorong oleh peningkatan pendapatan negara seiring kenaikan harga komoditas. 

Baca Juga: BKF Sebut Ada 3 Strategi untuk Mengantisipasi Risiko Ketidakpastian pada 2023

"Di tahun lalu, pendapatan pemerintah cukup baik, didorong harga komoditas. Sehingga, pemerintah tidak mengandalkan penerbitan utang," ujar David kepada Kontan.co.id, Selasa (14/2). 

Sedangkan dari sisi swasta, David melihat pihak swasta masih belum melakukan ekspansi. Sehingga, penarikan utang luar negeri lebih sedikit bila dibandingkan tahun sebelumnya. 

"Pihak swasta masih mengutamakan untuk memperbaiki kondisi keuangan. Minat ekspansi perusahaan belum kuat," tambahnya. 

Nah, baru pada tahun 2023, David melihat potensi kenaikan ULN. Ini seiring dengan potensi harga komoditas yang mengalami normalisasi, sehingga keuntungan pendapatan negara dari harga komoditas tak sebesar tahun lalu. 

Namun, ini juga tak melulu menunjukkan hal yang buruk. David melihat, kenaikan utang juga akan sebanding dengan peningkatan aktivitas ekonomi, termasuk dari pihak swasta. 

"Jadi, ekonomi mungkin bergerak lebih cepat. Sehingga ini akan ada korelasi dengan peningkatan jumlah utang yang ditarik," katanya. 

Baca Juga: BI: Utang Luar Negeri Pemerintah Kuartal IV-2022 Capai US$ 186,5 Miliar

David pun meminta otoritas untuk terus memperhatikan porsi utang yang ditarik. Terlebih, utang luar negeri sangat rentan dengan fluktuasi mata uang terutama dolar Amerika Serikat (AS). 

Dengan demikian, ia mengimbau otoritas untuk melakukan diversifikasi penarikan utang luar negeri. Salah satunya, dengan memperbanyak porsi penarikan utang berdenominasi rupiah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi