Sempat anteng, kemarin rupiah kembali menembus Rp 14.900-an per dollar AS. Jika bank sentral AS kembali menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan pekan depan, rupiah bisa kembali melemah ke kisaran Rp 15.000. Tak usah panik. Para ekonom dan analis yakin, Indonesia tak akan kembali terjerembab ke tubir krismon 1998. Namun, ada satu hal yang perlu jadi perhatian. Di masa Orde Baru, ketergantungan pada utang pada negara lain dan lembaga dunia macam IMF, dianggap buruk. Pasalnya, pinjaman itu sarat dengan syarat yang mengikat dan umumnya terkait proyek yang melibatkan sang kreditur. Memasuki reformasi, pemerintah tak lagi mengandalkan pinjaman luar negeri (bilateral dan multilateral) dan berpaling pada penerbitan surat berharga negara (SBN). Alhasil porsi SBN terus membesar. Tahun 2010, misalnya, porsi SBN terhadap utang luar negeri baru 36,6% dan Juli 2018, porsinya sudah 69,4%!
Utang pembayar bunga
Sempat anteng, kemarin rupiah kembali menembus Rp 14.900-an per dollar AS. Jika bank sentral AS kembali menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan pekan depan, rupiah bisa kembali melemah ke kisaran Rp 15.000. Tak usah panik. Para ekonom dan analis yakin, Indonesia tak akan kembali terjerembab ke tubir krismon 1998. Namun, ada satu hal yang perlu jadi perhatian. Di masa Orde Baru, ketergantungan pada utang pada negara lain dan lembaga dunia macam IMF, dianggap buruk. Pasalnya, pinjaman itu sarat dengan syarat yang mengikat dan umumnya terkait proyek yang melibatkan sang kreditur. Memasuki reformasi, pemerintah tak lagi mengandalkan pinjaman luar negeri (bilateral dan multilateral) dan berpaling pada penerbitan surat berharga negara (SBN). Alhasil porsi SBN terus membesar. Tahun 2010, misalnya, porsi SBN terhadap utang luar negeri baru 36,6% dan Juli 2018, porsinya sudah 69,4%!