Utang Pemerintah Melonjak 101,1% Tapi APBN Surplus, Ini Penjelasan Sri Mulyani



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, realisasi pembiayaan utang melalui penerbitan utang sampai Februari 2023 mencapai Rp 186,9 triliun.

Realisasi ini naik 101,1% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Selain itu. Realisasi ini juga mencapai 26,84% dari target pembiayaan utang tahun ini yang sebesar Rp 696,4 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi pembiayaan utang tersebut terdiri dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto sebesar Rp 186,9 triliun dan pinjaman neto sebesar Rp 9,2 triliun.


Baca Juga: Ekonom Sebut Utang Luar Negeri RI Berpotensi Membengkak Tahun Ini

“Kita semua tahu APBN 2023 masih didesain defisit dalam hal ini sebesar 2,86% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kalau kita lihat realisasi dari pembiayaan, defisit ini adalah dengan penerbitan surat utang,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Selasa (14/3).

Adapun pemerintah di awal tahun ini gencar menerbitkan utang meskipun APBN masih mengalami surplus hingga Februari 2023. Alasannya, kebijakan penarikan utang lebih cepat atau front loading ini dilakukan karena tren dari kenaikan suku bunga akan diantisipasi pada semester II dan juga untuk mewaspadai beberapa faktor global.

“Kita memang melakukan front loading karena tren kenaikan suku bunga diantisipasi pada semester II atau levelnya tinggi yang disebut higher for longer, itu yang seperti terjadi di AS. Sehingga kita mencoba mencari kesempatan saat suku bunga belum naik dilakukan penerbitan (obligasi), maka kelihatan ada kenaikan dari penerbitan SBN,” jelasnya.

Menurutnya, pemerintah akan terus memperhatikan kondisi pasar dalam negeri atau luar negeri. Sebab keduanya akan menentukan timing dari penerbitan surat utang yang dilakukan pemerintah. Selain itu timing pengadaan utang juga dengan mempertimbangkan kebutuhan pembiayaan yang ada serta kondisi APBN.

Baca Juga: Utang Luar Negeri RI Berpotensi Membengkak pada 2023, Ini Alasannya

Jika penerimaan pajak, bea dan cukai, serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pertumbuhannya tetap bagus, dan belanja negara tetap disiplin, maka defisit APBN diharapkan dapat tetap terjaga.

“Ketidakpastian ini yang harus kita waspadai terutama di bulan ke depan utamanya di semester ke II,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi