JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menuturkan, utang luar negeri PT Pertamina (Persero) dan PT PLN dalam bentuk valas hanya 7% dibandingkan dari total utang luar negeri di sektor swasta. Hal ini menanggapi naiknya utang luar negeri Indonesia secara signifkan, di mana per Maret 2014 mencapai US$ 276,5 miliar (sekitar Rp 3.138,55 triliun dengan kurs US$ 1 = Rp 11.351). Jumlah itu naik US$ 4,4 miliar dibanding Februari 2014. "Memang ada imbauan Gubernur Bank Indonesia untuk mengurangi utang luar negeri. Berapa pinjaman luar negeri Pertamina dan PLN dalam valas? Ternyata cuma 7%," kata Dahlan ditemui usai rapat pimpinan di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (22/5). Dahlan mengatakan, pinjaman Pertamina dari luar negeri tidak terhindarkan lantaran kebutuhan yang mendesak, yaitu untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM). "Jadi, yang dominan itu utang swasta. Jadi sebaiknya ada pengendalian utang swasta," kata mantan Dirut PLN tersebut. Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo ditemui usai rapat badan anggaran, di gedung DPR, Jakarta, Rabu (21/5), menegaskan, otoritas bank sentral akan terus menyikapi masalah utang itu, meski diakuinya utang pemerintah masih dalam kondisi terkendali. (Estu Suryowati)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Utang valas Pertamina dan PLN 7% dari total swasta
JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menuturkan, utang luar negeri PT Pertamina (Persero) dan PT PLN dalam bentuk valas hanya 7% dibandingkan dari total utang luar negeri di sektor swasta. Hal ini menanggapi naiknya utang luar negeri Indonesia secara signifkan, di mana per Maret 2014 mencapai US$ 276,5 miliar (sekitar Rp 3.138,55 triliun dengan kurs US$ 1 = Rp 11.351). Jumlah itu naik US$ 4,4 miliar dibanding Februari 2014. "Memang ada imbauan Gubernur Bank Indonesia untuk mengurangi utang luar negeri. Berapa pinjaman luar negeri Pertamina dan PLN dalam valas? Ternyata cuma 7%," kata Dahlan ditemui usai rapat pimpinan di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (22/5). Dahlan mengatakan, pinjaman Pertamina dari luar negeri tidak terhindarkan lantaran kebutuhan yang mendesak, yaitu untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM). "Jadi, yang dominan itu utang swasta. Jadi sebaiknya ada pengendalian utang swasta," kata mantan Dirut PLN tersebut. Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo ditemui usai rapat badan anggaran, di gedung DPR, Jakarta, Rabu (21/5), menegaskan, otoritas bank sentral akan terus menyikapi masalah utang itu, meski diakuinya utang pemerintah masih dalam kondisi terkendali. (Estu Suryowati)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News