Utang RI ke China tumbuh 300%



JAKARTA. Tren Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia ke China - gabungan antara utang pemerintah dan sektor swasta- terus naik tajam. Dalam lima tahun terakhir, angkanya tumbuh 300%. Pertumbuhan utang kepada China ini  paling tinggi dibandingkan kreditor lainnya.

Berdasarkan data Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia (BI) November 2015 yang ditelusuri Biro Riset KONTAN, jika ditarik dari tahun 2010 hingga September 2015, posisi utang Indonesia ke China naik 305,55%. Dari hanya US$ 2,49 miliar menjadi US$ 10,09 miliar.

Kalau melihat daftar kreditor teratas saat ini, China menempati posisi kelima setelah Singapura (US$ 59,20 miliar), Jepang (US$ 32,14 miliar), Amerika Serikat (US$ 10,37 miliar) dan Belanda (US$ 10,24 miliar). Lima tahun lalu, China masih menempati posisi di luar lima besar, yakni peringkat ke-9.


Menariknya, angka pertumbuhan utang Indonesia kepada empat negara lainnya tertinggal jauh dari China bahkan menunjukkan tren penurunan. Hanya utang kepada Jepang dan AS saja yang menunjukkan pertumbuhan.

Utang kepada Jepang tumbuh 139,44%, sedangkan utang kepada AS tumbuh 85,3%.

Secara tahunan, nilai utang Indonesia ke China saat ini meningkat 36,61% dibanding periode yang sama tahun lalu alias year on year.

Utang Indonesia ke China dominasi sektor swasta. Per  September 2015, utang swasta berkontribusi 90,97% atau senilai US$ 9,18 miliar terjadap total utang luar negeri Indonesia kepada Negara Tembok Besar.

Sedangkan utang pemerintah ke China per September 2015 senilai US$ 911 juta, atau sekitar 9,03% dari total. Lima tahun lalu, komposisi utang ke China adalah pemerintah 19,53% dan swasta 80,47%.

Besar kemungkinan, dalam beberapa tahun ke depan China akan menempati posisi ketiga di bawah Jepang sebagai kreditor terbesar bagi Indonesia.

Selain karena nilai utang Indonesia ke China tidak terpaut jauh dengan dua peringkat di atasnya, dalam beberapa bulan terakhir, pemerintahan Jokowi juga intens melakukan deal kerjasama ekonomi dengan China.

Mulai dari proyek listrik 35.000 MW, pembangunan 24 pelabuhan dan 15 bandara, proyek jalan 1.000 km, hingga kereta cepat Jakarta-Bandung.

Tidak hanya itu, September lalu, tiga bank BUMN yang terdiri dari Bank Mandiri, BRI dan BNI juga meminjam dana dari China Development Bank (CDB) senilai US$ 3 miliar.

David Sumual, Ekonom Bank BCA, meyakini lima hingga sepuluh tahun ke depan China bisa terus merangsek ke posisi teratas kreditor utang ke Indonesia.

Dasar dari keyakinannya itu adalah karena Indonesia merupakan negara yang sangat potensial sebagai tempat menanam modal. Apalagi, kebijakan Pemerintah China akhir-akhir ini memang ingin memperbesar investasi ke luar negeri.

“Khususnya investasi di bidang infrastruktur, manufaktur dan jasa,” ujar David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ragil Nugroho