Utang susut, LPPF ngebut



JAKARTA. Ketika mayoritas peritel modern terimbas penurunan daya beli masyarakat dan pelemahan rupiah, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) masih membukukan kinerja kinclong.

Pada kuartal III-2015, perusahaan ini mencetak laba bersih Rp 1,38 triliun, naik 30% dari periode yang sama tahun lalu. Pendapatan perusahaan ini juga naik 12% menjadi Rp 6,81 triliun per September tahun ini.

Menurut Michael Remsen, CEO dan Wakil Presiden Direktur LPPF, strategi LPPF tak berubah kendati ekonomi sedang lesu. "Kami menyediakan produk fashionable dan mengawasi biaya internal," katanya.


Kenaikan kinerja LPPF ini tidak lepas dari penurunan utangnya yang signifikan. Utang turun, beban keuangan bisa dipangkas. Alhasil, laba bersih dan marginnya bisa lebih baik. Manajemen LPPF memang mengklaim akan menjadikan perusahaan tersebut sebagai perusahaan yang bebas utang.

"Rencana untuk meraih posisi sebagai perusahaan bebas utang masih dijalankan hingga saat ini," ujar Dian Octiana, analis Trimegah Securities, Rabu (28/10).

Laporan keuangan perseroan ini menunjukkan, beban keuangan kuartal III-2015 hanya Rp 61,96 miliar. Bandingkan dengan biaya keuangan periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 221,61 miliar.

Dian menghitung, hingga akhir tahun nanti, LPPF bakal mencatat beban keuangan Rp 111 miliar. Turun 51% dibanding realisasi biaya keuangan tahun lalu, Rp 226 miliar.

Itu sebabnya Dian menilai, prospek LPPF hingga akhir tahun ini masih oke. Selain utang menurun, rata-rata waktu penyimpanan stok masih terbilang sehat, yaitu 107 hari. Perbandingannya, semester pertama lalu, 102 hari. Apalagi, ada potensi kenaikan penjualan dua gerai baru di Lombok dan Yogyakarta.

Pertumbuhan stagnan

Namun, prospek LPPF masih dibatasi pertumbuhan penjualan rata-rata per gerai alias sales same store growth (SSSG) yang stagnan pada kuartal ketiga ini. Sebelumnya, perlambatan ekonomi menyebabkan manajemen LPPF merevisi target SSSG akhir tahun ini dari 9%-10% menjadi 7%-10%.

"Berdasarkan estimasi kami, hingga akhir tahun ini, LPPF mampu mencatat pertumbuhan SSSG 8,7%," prediksi Dian. Menurut analis Mandiri Sekuritas Matthew Wibowo, gencarnya pembukaan gerai baru bisa menambah pangsa pasar.

Tapi, menambah gerai sebelum gerai lama dewasa, bisa menekan performa perseroan. "Mereka sudah merasakan efek kanibalisasi lebih awal terhadap gerai-gerainya di Jakarta," tulis Matthew dalam riset 28 Oktober 2015.

Ia memprediksi, EBITDA LPPF akhir tahun ini sebesar Rp 2,58 triliun. Sementara laba bersih Rp 1,8 triliun. Lalu, laba 2016 dan 2017 diprediksi masing-masing Rp 2,04 triliun dan Rp 2,42 triliun.

Sementara, Johanes Prasetia, analis BCA Sekuritas menduga, kinerja LPPF kuartal IV-2015 melambat. Soalnya, masih ada potensi pelemaahan belanja masyarakat. Meski demikian, kinerja bisa membaik mulai tahun depan.

"Ini dampak dari realisasi pengeluaran pemerintah pada akhir tahun," ujar Johanes. Ia merekomendasi hold LPPF dengan target Rp 19.200 per saham. Lalu, Dian menyarankan buy dengan target Rp 19.800 per saham. Adapun, Mathhew memberikan rekomendasi neutral dengan target Rp 17.600 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie