JAKARTA. Utang luar negeri (ULN) swasta/korporasi yang terus melaju menjadi perhatian Bank Indonesia (BI). Sebab lebih dari separuh utang swasta tersebut belum di-hedging atau mendapat lindung nilai, guna menghindari perbedaan kurs antara rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS). Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan utang swasta pada tahun 1999 lebih besar dari utang pemerintah. Lonjakan utang swasta terjadi juga pada 2012 sampai tahun ini, sehingga utang swasta kembali menjadi lebih besar dibanding utang pemerintah. Utang swasta yang besar tidak masalah jika dikelola dengan baik. BI mencatat, kurang lebih 67% utang swasta yang tidak di lindung nilai atau hedging. "Dari 67% itu penerimaannya tidak dalam bentuk valuta asing," ujar Agus, Rabu (17/9). Karena tidak mendapatkan pemasukan dalam bentuk valas, maka dikhawatirkan tanpa vasilitas hedging, perusahaan akan mengalami masalah jika ada perbedaan kurs yang tinggi.
Utang swasta dengan risiko kurs tinggi capai 67%
JAKARTA. Utang luar negeri (ULN) swasta/korporasi yang terus melaju menjadi perhatian Bank Indonesia (BI). Sebab lebih dari separuh utang swasta tersebut belum di-hedging atau mendapat lindung nilai, guna menghindari perbedaan kurs antara rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS). Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan utang swasta pada tahun 1999 lebih besar dari utang pemerintah. Lonjakan utang swasta terjadi juga pada 2012 sampai tahun ini, sehingga utang swasta kembali menjadi lebih besar dibanding utang pemerintah. Utang swasta yang besar tidak masalah jika dikelola dengan baik. BI mencatat, kurang lebih 67% utang swasta yang tidak di lindung nilai atau hedging. "Dari 67% itu penerimaannya tidak dalam bentuk valuta asing," ujar Agus, Rabu (17/9). Karena tidak mendapatkan pemasukan dalam bentuk valas, maka dikhawatirkan tanpa vasilitas hedging, perusahaan akan mengalami masalah jika ada perbedaan kurs yang tinggi.