Utilisasi pabrik rendah, Duta Pertiwi Nusantara (DPNS) bakal genjot produksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk (DPNS) menyatakan bahwa saat ini utilisasi dari pabrik lem miliknya masih rendah. Oleh karena itu, terbuka peluang untuk bisa menggenjot produksi pada tahun ini bila industri plywood atau kayu lapis mengalami peningkatan.

Asal tahu saja tahun lalu DPNS memproduksi glue UF-02C sebanyak 7.72 juta kilogram atau naik 28,46% dari tahun sebelumnya. Sementara itu untuk produk glue PF meningkat 19,06% menjadi 5,3 juta kilogram, glue UMF-2 turun 22,38% menjadi 473ribu kilogram dan glue UF-05 turun 36,18% menjadi 897.250 kilogram.

Secara total, produksi glue DPNS tahun lalu masih mengalami peningkatan sebesar 15,33% dari 12,48 juta kilogram menjadi Rp 14,39 juta kilogram. Tahun ini manajemen berharap produksinya bisa meningkat di level 10% ketimbang sebelumnya.


"Kami bergantung dengan permintaan dari pabrik-pabrik plywood. Kapasitas terpasang sendiri sih cukup, sekarang utilisasi pabrik kami baru 30% karena dulu kan banyak pabrik plywood kemudian karena krisis mereka tutup," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (18/6)

Ia menjelaskan saat ini industri plywood domestik khususnya di Kalimatan Barat tempat operasional dan penjualannya cukup baik. Demand juga mengalami peningkatan cukup baik, penyebabnya karena perang dagang membuka potensi ekspor kayu lapis Indonesia ke pasar Amerika Serikat.

"Ini kami harapkan pabrik-pabrik plywood mulai tumbuh lagi, di daerah Kalimantan Barat ini sudah mulai ada beberapa pabrik baru ya 1-2 pabrik plywood baru nah kami harapkan mereka bisa berkembang," lanjutnya.

Menurutnya untuk penjualan lem sendiri, perusahaan tidak memiliki kontrak dengan pabrik-pabrik plywood tersebut. Berbeda dengan industri lainnya yang bisa memprediksi pendapatan karena ada kontrak, penjualan DPNS sepenuhnya bergantung pada fluktuasi demand dari industri plywood.

"Ini tidak ada kontrak setiap ada permintaan ya kami kirim. Kami harapkan pabrik-pabrik plywood dan suplay kayu ke mereka lancar bisa tanam HTI dan bahan bakunya lancar," lanjutnya.

Kendati tidak terikat kontrak, dirinya mengaku manajemen terus menyesuaikan harga jual dengan kenaikan dan penurunan harga bahan baku. Oleh karena itu, kesepakatan dengan buyer manajemen akan melakukan penyesuaian harga per tiga bulan sesuai dengan bahan baku.

"Tahun lalu akhir bahan baku agak naik, tahun ini harga urea naik ada beberapa bahan kimia juga naik turun. Overall masih cukup stabil sih, harga jual tidak ada penyesuaian tetapi biasanya per tiga bulan sekali sama mereka ada penyesuaian," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .