Utilisasi Produksi Keramik Nasional Diproyeksi Mencapai 85% pada Tahun Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun perekonomian dunia dihadapkan ketidakpastian, Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) tetap memandang optimistis prospek penjualan keramik nasional untuk tahun 2023 mendatang. 

Ketua Umum Asaki Edy Suyanto menyampaikan, Asaki memproyeksikan tingkat utilisasi tahun depan akan meningkat ke level 83%-85%, dengan perkiraan total produksi mencapai 470 juta m². Proyeksi itu lebih tinggi dari target Asaki tahun ini yang sebesar 80%. 

“Yang mana setara dengan konsumsi per kapita sebesar 1,7 m²/kepala. Angka ini masih di bawah tingkat konsumsi per kapita di kawasan Asia Tenggara yang rata-ratanya di atas 3 m²/kepala dan rata-rata dunia di level 2,5 m²/kapita,” ungkap Edy, dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Selasa (13/12). 


Baca Juga: Utilisasi Produksi Keramik Nasional Capai 82% di Semester I-2022

Asaki juga menargetkan angka ekspor bisa bertumbuh 5% tahun depan, dengan fokus penjualan ke negara Filipina, Malaysia, Thailand, Taiwan, Amerika Serikat, dan Australia.

Dia menyampaikan, proyek ekspansi kapasitas produksi keramik nasional juga berjalan cukup baik dan on track dengan target Asaki.

Menurutnya, penambahan kapasitas baru sekitar 75 juta m² atau setara 90% angka impor tahunan akan rampung sebagian di tahun 2023 dan selesai di tahun 2024. 

Harapan Asaki kepada Pemerintah

Demi kelangsungan industri keramik tahun depan, Asaki meminta beberapa dukungan dan atensi pemerintah untuk menghadapi tantangan di tahun 2023. Salah satunya berkaitan dengan penundaan pelaksanaan ODOL ke tahun 2025. 

Dia memaparkan, pemberlakuan aturan ODOL tersebut akan menyebabkan kenaikan harga Jual keramik minimal 20%, karena ongkos angkut akan meningkat 240%.

“Dengan kondisi daya beli masyarakat yang turun saat ini sudah bisa dipastikan bahwa kenaikan harga tersebut tidak bisa diserap oleh pasar. Sehingga akan memicu kenaikan harga properti nasional karena dampak ODOL juga dirasakan oleh industri semen, kaca,beton ringan dan lainnya,” papar Edy. 

Baca Juga: Volume Produksi Kemarik Diramal Naik 15% Sepanjang Tahun Ini

Asaki juga meminta perhatian Pemerintah berkaitan dengan gangguan kelancaran supply gas untuk industri keramik di Jawa bagian Barat. Yang mana sejak Oktober lalu dibatasi pemakaiannya 85% dari total kebutuhan gas.

Selain itu, Asaki juga meminta dukungan dari Pemerintah terkait program percepatan pemanfaatan produk dalam negeri melalui TKDN dan pelarangan pemanfaatan produk impor keramik untuk infrastruktur dan properti, tidak hanya di kementerian PUPR namun juga di tingkat Pemerintah Provinsi hingga ke tingkat Kota/Kabupaten.

“Penyerapan penambahan kapasitas produksi baru juga memerlukan dukungan dari Pemerintah,” pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .