Utusan Korsel akan Berkunjung ke Markas NATO, Bicarakan Hubungan Rusia-Korut



KONTAN.CO.ID - Korea Selatan akan mengirim utusan ke markas besar North Atlantic Treaty Organization (NATO) di Brussels, Belgia, pekan ini. Korea Selatan kabarnya akan mengangkat isu hubungan militer Rusia dan Korea Utara ke aliansi pertahanan Barat tersebut.

Mengutip Yonhap, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan bahwa delegasi dipimpin oleh Wakil Direktur Pertama Hong Jang-won. Rombongan tersebut akan mengunjungi markas besar NATO pada hari Senin (28/10) waktu Belgia.

Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, Senin lalu telah mengajukan permintaan pengiriman delegasi dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Yoon Suk Yeol.


Delegasi Korea Selatan diperkirakan akan fokus pada aktivitas dan penempatan pasukan Korea Utara di Rusia. Tim ini akan terdiri dari pejabat militer senior dan diplomat.

Di luar urusan Rusia dan Korea Utara, delegasi Seoul diperkirakan akan ikut menyampaikan rencana Korea Selatan untuk membantu Ukraina.

Baca Juga: AS Yakin Ada 3.000 Tentara Korea Utara yang Sedang Berlatih di Rusia

Tonton: Ini Peringatan NATO kepada Rusia dan Korea Utara

​Potensi Korea Selatan Masuk ke Perang Ukraina

Korea Selatan memang sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk memberikan bantuan senjata kepada Ukraina, sebagai respons atas dugaan adanya tentara Korea Utara yang membantu Rusia di medan perang.

Korea Selatan mengklaim telah menerima laporan intelijen yang menyebut bahwa tentara Korea Utara berkumpul di wilayah Kursk, barat daya Rusia, tempat serangan besar Ukraina terjadi pada bulan Agustus.

Korea Selatan saat ini sedang mempertimbangkan opsi untuk mempelajari dan menganalisis taktik dan doktrin militer pasukan Korea Utara.

Sejauh ini Korea Selatan telah memberikan bantuan kemanusiaan ke Ukraina dan memilih untuk tidak mengirimkan senjata secara langsung.

Baca Juga: Perseteruan Korea Selatan dan Korea Utara Merambat Hingga ke Ukraina

Hari Kamis (24/10), Presiden Yoon mengatakan bahwa Korea Selatan dapat mempertimbangkan untuk menyediakan senjata kepada Ukraina, tergantung pada tingkat kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara.

Badan intelijen Korea Selatan mengatakan bahwa mereka telah mengonfirmasi bahwa Korea Utara mengirim 1.500 pasukan operasi khusus ke Rusia pada bulan Oktober 2024.

Laporan itu didukung oleh pernyataan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, yang mengatakan bahwa intelijennya mengetahui adanya 10.000 tentara Korea Utara yang sedang disiapkan untuk bergabung dengan pasukan Rusia.

Kantor Kepresidenan Korea Selatan bahkan menggambarkan Korea Utara sebagai “kelompok kriminal” yang memaksa pemuda-pemudinya untuk menjadi tentara bayaran.