KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program vaksinasi Covid-19 memang sudah dilaksanakan sejak awal tahun 2021 di Indonesia dan telah dianggap sebagai salah satu faktor penentu pemulihan ekonomi nasional. Namun, lantaran pandemi Covid-19 masih jauh dari kata usai, para pekerja dan pelaku usaha tetap tidak boleh abai terhadap protokol kesehatan usai vaksinasi dilakukan. Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, vaksinasi memang dapat meminimalisasi dampak penularan Covid-19. Tetapi, tetap saja bahwa di era kenormalan baru, penerapan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, membatasi mobilitas) harus terus menjadi komitmen bersama tanpa kecuali. Apalagi, pandemi Covid-19 di Indonesia dan global belum berakhir. Alhasil, tanpa mengurangi produktivitas, setiap pekerja maupun manajemen suatu perusahaan harus selalu patuh terhadap 5M dan protokol kesehatan. Bahkan, sistem bekerja dari rumah alias work from home (WFH) tetap harus menjadi opsi bila memungkinkan.
“Setidaknya sampai akhir tahun ini, kita masih harus mengutamakan pentingnya bekerja dari rumah,” ungkap Dicky, Rabu (7/4). Dia menilai, WFH masih penting untuk diterapkan mengingat pergerakan masyarakat selalu menjadi faktor krusial dalam memburuknya situasi pandemi di suatu tempat. Ditambah lagi, terdapat beberapa mutasi virus Corona yang sudah mulai masuk ke Indonesia namun masih sulit terdeteksi. Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Rabu (7/4): Tambah 4.860 kasus baru, jangan kendor 5M Vaksinasi pun tidak membuat seseorang terbebas dari virus Covid-19 beserta variannya. Justru, program vaksinasi menjadi tidak efektif manakala orang-orang abai terhadap 5M dan varian baru Covid-19 menyebar tak terkendali. Alhasil, tiap perusahaan atau perkantoran, khususnya yang bukan bergerak di sektor esensial, tetap perlu membatasi mobilitas para karyawannya. “Saya sarankan WFH terus diberlakukan, terutama bagi pekerja yang memiliki komorbid atau yang sudah mendekati periode lansia,” tegas Dicky.