Valbury Asia Futures: Rupiah rentan terkoreksi hingga akhir 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah masih rentan mengalami tekanan terhadap dollar AS hingga akhir tahun 2018 mengingat kuatnya sentimen eksternal. Di sisi lain, belum ada sentimen dari dalam negeri yang bisa memicu penguatan rupiah secara berkelanjutan.

Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong menyebut, perang dagang yang melibatkan AS dan China masih berpotensi membuat rupiah tertekan dalam beberapa waktu ke depan. Sebab, konflik tersebut juga bisa memicu lahirnya perang mata uang akibat adanya aksi devaluasi secara sengaja oleh China.

Ujung-ujungnya, mata uang emerging market lainnya menjadi ikut terkoreksi. Hal tersebut membuat para investor khawatir dan enggan berinvestasi pada aset emerging market. Alhasil, timbul potensi aksi jual oleh investor asing yang membuat nilai tukar mata uang semakin terperosok.


Sementara itu, Lukman memandang isu kenaikan suku bunga acuan AS sebenarnya sudah tidak memberikan potensi pelemahan yang parah bagi rupiah. Pasalnya, Federa l Reserve sudah memberi penjelasan bahwa suku bunga acuan AS akan naik dua kali lagi di sisa tahun ini. “Kecuali kalau ada pernyataan mengejutkan soal outlook kenaikan suku bunga acuan,” tambahnya.

Melihat kondisi seperti ini, opsi kenaikan suku bunga acuan oleh BI sebenarnya sudah tidak begitu efektif untuk meredakan tekanan rupiah. Sebab, inflasi Indonesia masih berada di level yang rendah atau 3,18% per Juli lalu.

“Tingkat suku bunga yang sekarang kurang mencerminkan kondisi ekonomi di dalam negeri, jadi BI perlu cari cara lain dalam mengintervensi rupiah,” ucap Lukman.

Dia melanjutkan, bukan hal yang mustahil jika rupiah bisa menembus level Rp 15.000 per dollar AS di akhir tahun nanti. Angka ini bergantung pada kemampuan BI mengintervensi rupiah dan seberapa kuat tekanan eksternal menghantam mata uang garuda.

Kendati begitu, Lukman menilai, sekalipun rupiah menyentuh level Rp 15.000 per dollar AS, para pelaku pasar sebenarnya masih bisa menerimanya. Ini mengingat pelemahan tak hanya terjadi pada rupiah saja.

“Para pelaku pasar baru khawatir kalau rupiah bergerak tidak secara gradual, contohnya dalam satu hari melemah 500 poin,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati