KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) melaporkan volume produksi 15.048 metrik ton (MT) nikel dalam matte pada triwulan kedua tahun 2021. Volume produksi ini menurun 1% dari produksi di kuartal pertama 2021 (15.198 MT) dan 20% lebih rendah dibandingkan volume produksi pada kuartal kedua tahun lalu (18.701 MT) Dalam keterangannya di Bursa Efek Indonesia, Senin (19/7), manajemen INCO mengungkapkan, penurunan produksi ini terutama disebabkan beberapa pemeliharaan terencana yang dilakukan di pabrik pengolahan. Sementara itu, produksi sepanjang semester pertama 2021 tercatat sebesar 30.246 MT, lebih rendah 17% dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 36.315 MT nikel dalam matte. Penurunan produksi sepanjang enam bulan pertama ini disebabkan aktivitas pemeliharaan yang tidak terencana dan kadar nikel yang lebih rendah pada triwulan pertama 2021.
“Perseroan mempertahankan target produksi pada level 64.000 ton, sebagaimana yang telah diumumkan sebelumnya,” tulis manajemen INCO.
Baca Juga: Harga nikel diprediksi solid hingga akhir tahun, simak rekomendasi saham berikut Untuk diketahui, dua proyek pabrik pengolahan (smelter) nikel milik INCO terus bergulir. Untuk proyek smelter Bahodopi, INCO bersama dua mitra kerja, yakni Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai), telah menandatangani dokumen perjanjian kerangka kerjasama proyek untuk fasilitas pengolahan nikel Bahodopi, pada Kamis (27/6). Ketiganya akan akan membentuk perusahaan patungan atau
joint venture (JV Co) untuk membangun delapan lini pengolahan feronikel rotary kiln-electric furnace, dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya. Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, dalam enam bulan ke depan, Vale Indonesia dan mitra akan berusaha menyelesaikan semua persyaratan untuk mengambil keputusan investasi final atau final investment decision (FID). “Waktu konstruksi maksimal 36 bulan dan semoga bisa lebih cepat,” tutur Bernadus saat dihubungi Kontan.co.id, akhir bulan lalu. Sementara untuk proyek smelter Pomalaa, Bernardus bilang, INCO masih menyelesaikan semua
key commercial term sheet sekaligus juga menyelesaikan
technical feasibility study terkait mining dan High Pressure Acid Leach (HPAL).
“Ini negosiasi dua pihak, yakni PT Vale dan Sumitomo Metal Mining (SMM). Jadi sangat dinamis. Kami sendiri mentargetkan semua (
key commercial term sheet dan
technical feasibility study) bisa selesai awal tahun depan,” imbuh dia.