Vallar Tidak Akan Hadiri RUPSLB BUMI



JAKARTA. Proses restrukturisasi utang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terancam terhambat. Sebab, pemegang saham mayoritas emiten tambang milik Grup Bakrie ini, yakni Vallar Investment UK Limited (VIUK) memutuskan tidak akan menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BUMI yang akan digelar Jumat ini (20/12)."Perusahaan menegaskan tidak akan hadir dan memberikan suara pada seluruh agenda dalam RUPSLB BUMI yang digelar 20 Desember 2013 ini," tulis manajemen Asia Resource Minerals Plc (ARM), induk usaha VIUK, dalam keterangan resmi, Kamis (19/12).Keputusan VIUK enggan menghadiri RUPSLB yang bakal mengambil keputusan atas penerbitan saham baru melalui skema private placement tersebut memiliki arti cukup penting. Sebab, RUPSLB harus memenuhi kuorum sebanyak tiga per empat dari seluruh jumlah saham BUMI agar bisa mengambil keputusan.VIUK sendiri tercatat masih sebagai pemegang saham mayoritas BUMI dengan porsi sebanyak 29,18%. Kepemilikan saham di BUMI publik tercatat sebanyak 68,54%. Sisanya yang sebanyak 2,28% saham sudah berbentuk saham simpanan alias treasury stock.Keputusan VIUK didasarkan pada proses transaksi pemisahan atau separation transaction investasi Grup Bakrie dengan Vallar yang sudah hampir selesai. Pada 17 Desember lalu, transaksi pemisahan tersebut memang sudah disetujui RUPSLB ARM.Jika proses finalisasi berjalan lancar, transaksi tersebut akan efektif berlaku pada akhir Januari 2014. Nah, selepas transaksi itu efektif, kepemilikan VIUK di BUMI akan kembali ke tangan Bakrie.Sebab, salah satu klausul transaksi pemisahan adalah menyepakati penjualan saham 29,18% saham VIUK di BUMI kepada Bakrie senilai US$ 501 juta. Kondisi inilah yang membuat ARM merasa tidak tepat untuk turut menghadiri RUPSLB yang sangat penting bagi BUMI, hari ini.Ketidakhadiran VIUK tentunya dapat menyebabkan RUPSLB BUMI gagal kuorum. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, RUPSLB BUMI seringkali tidak memenuhi kuorum lantaran banyak pemegang saham publik yang enggan hadir.Kemungkinan negatif ini patut menjadi perhatian terlebih agenda RUPSLB itu terbilang penting bagi BUMI. Aset berharga keluarga Bakrie ini berniat meminta restu untuk menerbitkan saham baru Seri B maksimal 13,67 miliar atau setara 39,68% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah private placement.BUMI menawarkan saham private placement seharga Rp 425 per saham. Artinya, total nilai private placement BUMI maksimal sebanyak Rp 5,8 triliun. Dalam dollar AS, private placement itu setara US$ 500 juta karena BUMI mengasumsikan kurs 1 US$ sebesar Rp 11.616.Aksi private placement ini merupakan bagian dari strategi restrukturisasi utang BUMI. Per 30 September 2013, saldo pinjaman jangka panjang BUMI tercatat US$ 3,45 miliar. BUMI tidak mungkin melunasi itu dengan kas internalnya. Sebab, kas BUMI per 30 September 2013 hanya tersisa US$ 56,72 juta.Kas BUMI di bank yang dibatasi penggunaannya pun terbilang mini, yaitu US$ 98,72 juta. Nah, BUMI akan menawarkan saham baru dalam private placement sebagai bagian pembayaran utang kepada para kreditur.Kreditur yang tentunya bakal berpartisipasi dalam skema yang lazim disebut debt-to-equity swap itu tentu saja China Investment Corporation (CIC). Pada 9 Oktober 2013, BUMI menyatakan telah meneken perjanjian penyelesaian utang dengan CIC senilai US$ 1,3 miliar.Tapi, kreditur lain di luar CIC belum menentukan sikap apakah akan ikut berpartisipasi atau tidak dalam private placement BUMI.Sayang, hingga tadi malam, Dileep Srivastava Sekretaris Perusahaan BUMI tidak merespon konfirmasi yang dilayangkan KONTAN. Demikian juga dengan juru bicara Grup Bakrie, Christoper Fong. Kemarin, harga saham BUMI menurun 1,47% ke level Rp 335 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Yuwono Triatmodjo