KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Unicorn itu telah menjelma menjadi raksasa. Derap kakinya menjangkau segala penjuru dan tanduknya siap menyeruduk sang lawan. Itulah Go-Jek. Perusahaan teknologi ini terus menarik minat investor. Terbaru, konglomerasi tanah air, PT Astra International Tbk (ASII) menyuntikkan investasi sebesar US$ 150 juta atau Rp 2,02 triliun. Pendanaan ini merupakan ronde yang sama dengan Temasek dan Google. Astra adalah yang terbesar, ungkap Nadiem Makarim, Chief Executive Officer (CEO) dan Pendiri Go-Jek, Senin (12/2). Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto menyampaikan, suntikan dana investasi modal ke Go-Jek untuk meningkatkan kesejahteraan kedua perusahaan dan masyarakat Indonesia. Astra berharap, kolaborasi dengan Go-Jek akan memberikan nilai tambah kepada bisnis Astra dan ekonomi bangsa.
Konglomerat lain, Grup Djarum tak mau kalah. Melalui PT Global Digital Niaga, anak perusahaan modal ventura Global Digital Prima, Djarum juga masuk Go-Jek. Presiden dan Co-Founder Go-Jek Andre Soelistyo menjelaskan, investasi Global Digital Niaga juga bagian konsorsium yang mendanai Go-Jek dengan total suntikan US$ 1,2 miliar atau Rp 16,2 triliun itu. Konsorsium ini terdiri dari Alphabet Inc (induk usaha Google), Temasek Holdings Pte Ltd, Meituan-Dianping (perusahaan teknologi Tiongkok), serta dua investor asal Amerika Serikat, yakni KKR & CO LP dan Warburg Pincus LLC. Sejauh ini, Global Niaga enggan membuka angka investasi ke Go-Jek. Yang jelas, "Ini fase pertama. Ada fase kedua dan seterusnya, sebut George Hendrata, Group Director Business Diversification Global Digital Niaga. Bukan kali ini saja Go-Jek dan Global Niaga menjalin kerjasama. Lewat marketplace Blibli.com, Global Niaga menjalin kerjasama di bisnis logistik melalui Go-Send. "Kerjasama dengan Go-Jek dapat meningkatkan kemitraan melalui Go-Send untuk pengiriman, warehouse, fullfilment, dan payment," tandas Kusumo Martanto, CEO Blibli.com. Suntikan Astra dan Djarum ini menambah panjang daftar perusahaan yang masuk Go-Jek. Suntikan dana itu hanya berselang lima bulan dari pendanaan JD.id US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun. Alhasil, total jenderal, di awal tahun ini saja Go-Jek sudah meraih pendanaan segar hingga senilai Rp 18,22 triliun. Nah, suntikan konsorsium Google jelas mendongkrak valuasi Go-Jek. Kini, valuasi Go-Jek ditaksir sekitar US$ 4 miliar atau setara Rp 54 triliun, dan mendekati valuasi kompetitornya, Grab. Valuasi Grab kabarnya mencapai US$ 6 miliar atau setara Rp 81 triliun. Go-Jek juga semakin leluasa meluncurkan inovasi. Dari sisi bisnis, Go-Jek, misalnya, sudah memisahkan bisnis transportasi dengan layanan lain yang mengusung aplikasi Go Life. Sementara di sistem pembayaran, Go-Jek tahun ini dikabarkan akan melepas Go-Pay. Dengan kata lain, Go-Pay akan berdiri sendiri dan tak cuma melayani aplikasi Go-Jek atau Go Life.
Nadiem sepertinya sudah memikirkan hal ini. Tahun 2016, Go-Jek mengakuisisi PT MVCommerce (PT Dompet Anak Bangsa) dan menggunakan lisensi penerbitan uang elektronik, yakni PonselPay. Cara ini untuk menambah kekuatan Go Pay, Dus, Go-Jek siap menjelma menjadi raksasa bisnis sektor riil sekaligus finansial. Peluang itu terbuka lebar lantaran didukung oleh raksasa lokal maupun global. Kini, urusan regulasi menjadi krusial. Jangan lupa, data masyarakat sekarang sudah terkumpul di perusahaan aplikasi. Sementara RUU Perlindungan Data Pribadi mangkrak di DPR. "Semoga RUU itu masuk program legislasi nasional tahun ini," kata Noor Iza, Plt Humas Kominfo. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini