Valuasi mahal, sell saham KAEF



JAKARTA. PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) seharusnya memperoleh benefit terbesar dari agenda pemerintah yang tengah meningkatkan level kesehatan di seluruh pelosok negeri.

Namun, sepertinya peluang itu belum bisa sepenuhnya dirasakan KAEF. Hal itu terlihat dari kinerja KAEF tahun lalu.

KAEF mencatat kenaikan pendapatan 19,6% year on year (yoy) menjadi Rp 5,81 triliun. Sayangnya, besarnya operational expenditure (opex) membuat laba bersihnya tertekan.


Di satu sisi, ekspansi yang gencar dilakukan KAEF untuk membuka apotik dan pabrik barunya baik untuk prospek kinerja jangka panjang.

Tapi di sisi lain, agenda ekspansi itu menekan bottom line perseroan karena besarnya opex yang perlu dikeluarkan, terutama untuk apotik baru.

Alhasil, KAEF hanya mencatat kenaikan laba bersih 2,3% yoy menjadi Rp 267 miliar. Tekanan juga masih muncul dari beban bunga.

"Sehingga, margin laba bersih KAEF tercatat 4,6%, lebih kecil dibanding 2015 yang sebesar 5,4%," jelas Natalia Sutanto, analis Danareksa Sekuritas, Kamis (23/3).

Pembatas KAEF lainnya, lanjut Natalia, adalah justru dari valuasi harga sahamnya sendiri. Saham KAEF saat ini ditransaksikan pada level price earning ratio (PER) 35 kali.

Level itu tergolong mahal. Bahkan, jika dibandingkan dengan peer terdekatnya, saham KLBF malah hanya memiliki PER sebesar 27,6 kali.

Oleh sebab itu, Natalia masih mempertahankan rekomendasi sell saham KAEF dengan target harga Rp 1.510.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto