Valuasi menarik, saham Bank Negara Indonesia (BBNI) masih direkomendasikan beli



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan Indonesia turut menekan emiten perbankan, termasuk PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Emiten bank pelat merah ini memproyeksi pertumbuhan kredit tidak seagresif 2–3 tahun sebelumnya. Belum lagi, implementasi PSAK 71 dinilai juga menjadi rintangan untuk BBNI.

PSAK 71 telah berlaku sejak Januari 2020. PSAK 71 merupakan panduan tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan yang mengacu pada International Financial Reporting Standard (IFRS) 9. Poin penting lainnya adalah soal pencadangan atas penurunan nilai aset keuangan yang berupa piutang, pinjaman, atau kredit. Sehingga mengubah metode penghitungan dan penyediaan cadangan untuk kerugian akibat pinjaman yang tak tertagih.

Melihat kondisi itu, Analis MNC Sekuritas Victoria Venny menilai BBNI telah memperkirakan bahwa capital adequacy ratio (CAR) berpotensi menurun sekitar 200 bps. Selain itu, BBNI juga meningkatkan CASA melalui berbagai strategi.


Pertama, peningkatan dari jumlah akun baru. Kedua, bisnis yang terkait dengan pinjaman dan non-pinjaman. Ketiga, mengoptimalkan perbankan digital.

Baca Juga: Bank Negara Indonesia (BBNI) bagi dividen Rp 206,24 per saham, catat jadwalnya

Di samping itu, kinerja keuangan BBNI 2019 sesuai dengan estimasi MNC Sekuritas yang pertumbuhan kreditnya hanya satu digit di angka 8,6%. Penurunan itu disebabkan oleh kredit korporasi turun 9% yoy. Sedang, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) juga turun di level 4,9% akibat kondisi industri yang kurang baik.

Sementara, non performing loan (NPL) meningkat di level 2,3% jauh lebih tinggi dibandingkan di tahun 2018 di level 1,9%. Kenaikan ini terutama di segmen korporasi.

Dalam risetnya, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mencatat pertumbuhan kredit BBNI pada tahun lalu didorong oleh kredit korporasi non-BUMN, kecil dan payroll loan. Kredit business banking jadi salah satu pendorong total kredit terbesar tumbuh sebesar 8,2%.

Baca Juga: Emiten Wait and See, Aktivitas Pencarian Dana Jadi Sepi

Suria menambahkan implementasi PSAK 71 akan meningkatkan provisi sekitar Rp 15 triliun. Di sisi lain, Suria menilai implementasi PSAK 71 juga dapat berpotensi memperbaiki pengelolaan kualitas kredit sehingga dapat menurunkan credit cost. Sedang, rasio loan at risk (LaR) juga diperkirakan akan meningkat menjadi 63% dibanding sebelumnya yang sebesar 32,4%.

Venny memperkirakan pertumbuhan kinerja BNI akan dapat menyentuh dua digit. Pertumbuhan kredit BNI tahun 2020 diprediksi akan mencapai sekitar 11% dengan NIM di level 5,1%. Sebelumnya, BBNI menargetkan pada 2020 pertumbuhan kinerja berada di angka dua digit meski, pada 2019, pencapaian laba BBNI hanya tumbuh sebesar 2,5% dari periode sebelumnya yang sebesar Rp 15,38 triliun.

Baca Juga: Implementasi PSAK 71 menguras laba perbankan

Kamis (20/2) pekan lalu, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga 7-Day Reserve Repo Rate menjadi 4,75% yang sebelumnya 5%. Pemangkasan itu dilakukan mengingat dampak virus corona yang mengancam kegiatan ekonomi di Indonesia dan seluruh dunia.

Kendati demikian, Venny menilai penurunan suku bunga yang dilakukan pemerintah akan mendorong prospek pertumbuhan kredit konsumer seperti perumahan dan kendaraan. Tetapi, dampaknya tidak akan langsung terasa. “Biasanya perbankan ada lagging waktu untuk penyesuaian sekitar 6-9 bulan,” kata Venny.

Suria memperkirakan sektor infrastruktur tetap menjadi andalan BBNI, selain sektor agribisnis. Dalam risetnya, Suria mencatat kredit sektor jasa dalam bidang sosial dan bisnis tumbuh 35,3% yoy dan 28% yoy. Di sektor infrastruktur, penyaluran kredit infrastruktur yang dilakukan BBNI mencapai Rp 107,9 triliun.

Baca Juga: Begini dampak penyebaran virus corona menurut bank-bank besar

Di tengah kinerja BBNI saat ini, aspek valuasi dapat menjadi salah satu hal yang menonjol. BBNI memiliki valuasi yang lebih menarik dibandingkan dengan saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya dengan PBV 1,3 kali.

Venny merekomendasikan buy saham BBNI dengan target harga Rp 8.500. Sepakat dengan Venny, Suria juga merekomendasikan buy saham BBNI dengan target harga Rp 10.000.

Sementara, Analis Maybank Kim Eng Rahma Marina dalam risetnya merekomendasikan untuk buy saham BBNI dengan target harga Rp 9.500.

Senin (24/2), harga saham BBNI turun 2,57% menjadi Rp 7.575 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati