Valuasi murah, SBN lagi-lagi diburu investor asing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku pasar menilai valuasi harga obligasi pemerintah murah. Investor asing pun kembali masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR), kepemilikan asing di SBN naik Rp 7,07 sepanjang Mei menjadi Rp 931,83 triliun per Jumat (29/5).

Minat investor asing yang bertambah berdampak pada yield Surat Utang Negara (SUN) seri acuan tenor 10 tahun menurun dari 7,91% di akhir April menjadi 7,37% di akhir Mei. Sementara, Rabu (3/6), yield kembali menurun ke 7%.


Baca Juga: Wow! Yield SUN acuan tenor 10 tahun sudah turun di bawah 7%

Padahal sebelumnya, asing kompak keluar dari pasar SBN karena penyebaran Covid-19. Namun, kini pelaku pasar kembali menempatkan dana investasinya pada SBN yang dipercaya bisa memberikan imbal hasil menarik. "Uang itu oportunis, dia akan menuju instrumen yang bisa memberikan return," kata Anil Kumar pengamat pasar modal.

Lebih lanjut Anil menjelaskan saat awal pandemi Covid-19 menyebar secara global, pelaku pasar menganggap pasar keuangan Amerika Serikat (AS) bisa memberikan imbal hasil terbaik. Di sisi lain kawasan emerging market, seperti pasar keuangan Indonesia menyimpan potensi imbal hasil yang tertunda.

Kini, setelah pertumbuhan di pasar obligasi AS selesai akibat kebijakan quantitative easing, maka pelaku pasar akan kembali ke pasar obligasi pemerintah di tengah valuasi yang sudah terlalu murah.

Baca Juga: Defisit APBN diproyeksi melebar, serapan lelang SUN bakal meningkat

Anil melihat kondisi saat ini tepat untuk investor domestik ikut masuk ke pasar obligsai. Menurutnya, pasar obligasi memang selalu murah. Dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 2,19% per Mei maka investor berpotensi mendapat pendapatan riil sebesar hampir 5% per tahun selama 10 tahun bila berinvestasi pada obligasi pemerintah dengan jatuh tempo 10 tahun. "Itu pun tanpa memiliki risiko kredit," kata Anil.

Instrumen reksadana pendapatan tetap juga menarik dan bisa diandalkan karena isi portofolionya selalu dapat disesuaikan dengan kondisi pasar dibanding instrumen lainnya, seperti SBN ritel.

Anil memproyeksikan potensi pertumbuhan imbal hasil masih akan terjadi di pasar obligasi hingga akhir tahun ini. Dengan asumsi kondisi saat ini bisa terjaga imbal hasil seri tenor acuan 10 tahun bisa mencapai 6%.

Baca Juga: BI dan pemerintah tengah godok rencana burden sharing pendanaan defisit APBN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati