JAKARTA. Sepanjang tahun ini, pergerakan saham emiten pelayaran masih berbanding terbalik dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus melambung. Padahal, saham-saham emiten pelayaran dianggap masih bisa memberi cuan yang lumayan menarik. Bertrand Raynaldi, Analis KDB Daewoo Securities mengatakan, pada awal bulan Februari, industri pelayaran memang dikejutkan dengan rencana pemerintah untuk mengubah skema perpajakan dari sebelumnya 1,2% dari pendapatan menjadi 25% pada laba bersih. Kabar itu menjadi sentimen negatif bagi emiten yang bergerak di sektor tersebut. Pasalnya, perubahan skema pajak itu bisa mengurangi laba bersih emiten. Dampak terbesar akan dialami perusahaan yang margin laba sebelum pajaknya cukup besar.
"Kelihatannya reaksi investor terlalu berlebihan dalam menghukum saham pelayaran akibat rencana perubahan skema perpajakan tersebut," tulis Bertrand dalam risetnya, Kamis (5/3). Hal ini pun membuat beberapa saham pelayaran memberikan return negatif sepanjang tahun ini (
year to date/ytd). Lihat saja, saham PT Wintermar Offshore Marine (
WINS) yang memberi return negatif 27,3% ytd. Return negatif juga dialami PT Logindo Samudera Makmur Tbk (
LEAD) sebesar 25,7%. Lalu,
return PT Soechi Lines Tbk (
SOCI) negatif 9,8% ytd, PT Pelayaran Tempuran Emas (
TMAS) negatif 14,2%, PT Samudra Indonesia Tbk (
SMDR) negatif 32,2% dan PT Mitra Segara Sejati Tbk (
MBSS) return-nya negatif 20% sepanjang tahun ini. Padahal menurut Bertrand, beberapa emiten pelayaran masih cukup optimistis bisa mempertahankan kinerjanya. Hal ini terlihat dari beberapa aksi korporasi yang masih banyak dilakukan emiten pelayaran. Misalnya saja, Direktur Utama WINS yang selama awal tahun ini telah menambah saham yang dimilikinya sebanyak 3 juta lembar. Sehingga, kepemilikan sahamnya bertambah dari 1,87% menjadi 1,95%. Sementara LEAD akan melakukan pembelian kembali sahamnya (
buyback) sebanyak-banyaknya 32,5 juta lembar saham atau setara dengan 5% total sahamnya. Perusahaan angkutan lepas pantai ini bakal melakukan buyback secara bertahap dalam waktu 18 bulan ke depan. Namun, LEAD harus meminta restu pemegang saham terlebih dahulu pada 30 Maret mendatang. Perseroan menyiapkan dana maksimal sebesar US$ 5 juta untuk membiayai buyback tersebut. Dana itu berasal dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya. Per akhir tahun lalu, saldo laba LEAD mencapai US$ 59,39 juta. Tujuan pelaksanaan buyback ini salah satunya untuk memberi fleksibilitas yang lebih besar dalam mengelola modal jangka panjang. Setelah buyback, harapannya
earning per share (EPS) bisa naik dari US$ 0,031 per saham menjadi US$ 0,033 per saham. Sementara
Return on Equity (ROE) LEAD akan naik dari 15,33% menjadi 15,86%. Selain sentimen positif dari beberapa aksi korporasi itu, Bertrand juga mengatakan, ada tiga hal yang akan mendorong fundamental saham-saham emiten pelayaran. Pertama, belum jelasnya aturan perubahan pajak yang ditetapkan rencananya akan dilakukan pada bulan Maret ini. Hingga hari ini, belum ada dasar pelaksanaan rencana tersebut berupa Peraturan Menteri Keuangan.
Kedua, sektor pelayaran masih bertumbuh. Ia mencontohkan, LEAD membukukan kenaikan pendapatan sebesar 17% dan laba bersih sebesar 21,4% sepanjang tahun 2014. Bertrand optimistis, merujuk kinerja hingga Kuartal-III 2014 lalu, rata-rata emiten pelayaran mampu membukukan kenaikan laba bersih lebih dari 15% untuk kinerja 2014. "Ketiga, permintaan kapal masih akan meningkat sejalan dengan fokus maritim pemerintahan Jokowi," imbuhnya. Karena prospek itulah, Bertrand menyarankan investor untuk kembali mencermati saham-saham emiten pelayaran. Beberapa saham yang valuasinya masih menarik diantaranya, LEAD dengan
Price Earning Ratio (PER) 5,4 kali dan ROE 16,5%, WINS (PER 6,6 kali dan ROE 13,9%), dan SOCI (PER 9,2 kali dan ROE 17%). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto