Valuta Asia terangkat spekulasi



JAKARTA. Valuta di kawasan Asia Pasifik, Selasa (23/8), ramai-ramai menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Spekulasi bahwa otoritas moneter AS, The Federal Reserve, menggulirkan quantitative easing tahap ketiga, meniupkan angin segar bagi valuta Asia.

Mata uang Korea Selatan, yakni won, memimpin penguatan. Pada penutupan perdagangan kemarin pukul 14.00 WIB, won menguat 0,6% menjadi 1.077,90 per dollar AS. Otot dollar Singapura juga menguat 0,49% menuju 1,20 terhadap dollar AS. Peso Filipina juga ikut melambung. Pairing USD/PHP melemah hingga 0,32% menjadi 42,31.

Jika program stimulus tahap ketiga terlaksana, tentu pasar akan kebanjiran dollar AS. Prospek mata uang melawan dollar AS pun menjadi meningkat. "Quantitative easing tahap ketiga sudah menguasai pemikiran investor" jelas Sacha Tihanyi, Senior Currency Strategist Scotia Capital, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.


Sentimen positif bagi valuta regional juga datang dari China. Berdasarkan data The Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC), indeks manufaktur China per Juli 2011 naik dari 49,3 menjadi 49,8. Ini melempar sinyal bahwa pemerintah China masih membiarkan yuan menguat lebih lanjut. Kemarin, pairing USD/CNY kembali menguat ke level 6,3984.

Nurul Eti Nurbaeti, analis BNI Sekuritas, memprediksi, penguatan mata uang Asia masih akan berlanjut hingga akhir September nanti. Proyeksi Nurul, won akan reli hingga ke kisaran 1,055 per dollar AS. Sedang dollar Singapura akan terkerek hingga 1,18 per dollar AS. Adapun pasangan USD/HKD bisa menembus level 7,804.

Putu Andi Wijaya, analis Bank Rakyat Indonesia (BRI), menambahkan, reli mata uang Asia masih akan banyak bergantung pada sentimen global, khususnya dari Negeri Paman Sam. Jika stimulus yang dikucurkan bank sentral AS tidak besar, valuta Asia bisa kembali terbanting melemah. Saat ini, pasar dalam posisi masih wait and see tentang kebijakan lanjutan The Fed.

Prospek menarik

Pelaku pasar menilai, saat ini peruntungan dollar AS dan valuta Asia berbanding terbalik. Prospek dollar AS suram sedangkan daya tarik valuta Asia meningkat.

Memang, dibandingkan dengan mata uang besar dunia lainnya, volume mata uang Asia masih relatif kecil. Namun dengan fundamental ekonomi negara yang kokoh, valuta Asia dinilai menjanjikan keuntungan.

Data Bloomberg mencatat, tiga mata uang Asia yang memiliki kinerja terbaik selama Agustus ini adalah yuan China, dollar Hong Kong serta dollar Taiwan. Adapun rupiah Indonesia keluar sebagai mata uang Asia dengan peforma terbaik sepanjang tahun ini dengan penguatan terhadap dollar AS hingga 5,41%.

Berikutnya, dollar Singapura dan won Korea. "Asia prospeknya menarik, apalagi India dan China termasuk penggerak motor perekonomian dunia," kata Nurul.

Adapun Putu lebih merekomendasikan aussie sebagai diversifikasi investasi mengingat profil Australia yang diyakini berfundamental cukup kuat. "Prospek ke depan lebih menarik," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini