Varian COVID-19 Terbaru Bernama Arcturus, Ini Peringatan WHO



KONTAN.CO.ID - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi perhatian penuh terhadap kemunculan varian COVID-19 baru yang dianggap mendorong lonjakan kasus baru di India. Kondisi ini terjadi pada saat kasus yang dilaporkan di sebagian besar dunia mengalami penurunan.

Mengutip Fortune, Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis COVID-19 untuk WHO, menjelaskan, XBB.1.16, dijuluki "Arcturus" oleh pelacak varian COVID, sangat mirip dengan "Kraken" XBB.1.5 yang dominan di AS, varian COVID yang paling menular.

Tetapi mutasi tambahan pada protein lonjakan virus, yang menempel dan menginfeksi sel manusia, berpotensi membuat varian tersebut lebih menular dan bahkan menyebabkan penyakit yang lebih parah. 


Untuk alasan ini, dan karena meningkatnya kasus di Timur, XBB.1.16 dianggap sebagai salah satu varian yang harus diperhatikan.

Ini adalah peringatan yang pernah kita dengar sebelumnya tentang bibit Omicron lainnya — khususnya XBB.1.5. 

Varian tersebut, yang menjadi terkenal akhir tahun lalu dan awal tahun ini, menimbulkan peringatan bahwa penyakit itu dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, berdasarkan mutasi baru yang telah dikembangkannya.

Baca Juga: Data Ilmuan China Memberi Petunjuk Tentang Asal Usul Virus COVID-19

Berdasarkan data WHO, XBB.1.5 menyumbang kurang dari setengah dari semua kasus yang diurutkan secara global pada awal Maret.

Hanya waktu yang akan menentukan apa, jika ada, perbedaan dalam tingkat keparahan XB.1.16 akan ditampilkan. 

Mutasi yang tampak memprihatinkan secara teori tidak selalu memprihatinkan dalam kehidupan nyata karena sifat imunitas populasi yang sangat kompleks.

Terlepas dari itu, "peningkatan pesat Arcturus di India memprihatinkan," kata Ryan Gregory, seorang profesor biologi di University of Guelph di Ontario, Kanada, kepada Fortune. 

Gregory memelopori pengembangan "nama jalan" untuk varian COVID karena menjadi jelas bahwa WHO tidak akan menetapkan huruf Yunani baru untuk varian tersebut.

XBB.1.16 itu tampaknya semakin meningkat di negara dengan kekebalan populasi yang kuat dari infeksi sebelumnya dan kekebalan yang memprihatinkan, catat Gregory. 

Meskipun tidak jelas seberapa besar lonjakan varian baru di India atau di tempat lain, gelombang besar bukan lagi pola utama kasus COVID. 

Baca Juga: Rencana Pencabutan Status Pandemi, Kemenkes Masih Komunikasi Dengan WHO

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie