KONTAN.CO.ID - BEIJING. China tampaknya kewalahan dalam pertempuran untuk menahan COVID-19. Melansir
Daily Beast, China saat ini tengah menghadapi wabah nasional terburuk sejak gelombang pertama pandemi. Pihak berwenang telah memberlakukan pembatasan penguncian di kota-kota di seluruh negeri. Kondisi ini menyebabkan terhentinya aktivitas produksi di pusat teknologi Shenzhen. Tidak hanya itu, kantor-kantor juga ditutup di ibu kota keuangan Shanghai.
Di bawah Presiden Xi Jinping, pemerintah China telah berpegang pada kebijakan nol-COVID yang ketat sejak virus muncul di Wuhan pada akhir 2019. China melakukan penguncian di seluruh kota setiap kali kasus muncul dan menggunakan pengujian massal dan karantina ketat untuk mengendalikan wabah lokal. Tetapi ahli virologi China mengatakan kedatangan varian Omicron dan subvarian "siluman" dapat membuat kebijakan itu berantakan.
Baca Juga: Kota Penduduk 17 Juta di China Ini Lockdown, Menyusul Lonjakan Kasus Covid-19 Bagi mereka yang berada di Amerika atau Eropa, jumlah kasus yang dilaporkan dari China tampaknya masih cukup kecil: Pihak berwenang mengkonfirmasi 1.337 kasus baru yang ditularkan secara lokal di China daratan pada hari Senin. Sebaliknya, Inggris saat ini melihat lebih dari 200.000 kasus sehari, menurut pelacak COVID utama. Tapi contoh Hong Kong, bekas jajahan Inggris yang resmi semi-otonom, mengkhawatirkan. Omicron tampaknya berjalan hampir tidak terkendali melalui populasi wilayah pulau, yang telah mencatat rata-rata 40.000 kasus sehari selama seminggu terakhir meskipun vaksinasi meluas. Yang paling parah terkena dampak di daratan adalah provinsi timur laut Jilin, berbatasan dengan Korea Utara, di mana banyak penduduk dibatasi di rumah mereka kecuali untuk berbelanja bahan makanan setiap hari. Jilin telah mencatat lebih dari 4.000 kasus dalam dua minggu terakhir.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Tinggi, Provinsi Jilin di China Melarang Perjalanan Editor: Barratut Taqiyyah Rafie