Venezuela Memanas, Kampanye anti-Maduro Semakin Masif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Krisis politik di Venezuela semakin memanas dengan pengasingan Edmundo González, tokoh penting oposisi yang diakui oleh Amerika Serikat dan sejumlah negara lain sebagai pemenang pemilihan presiden pada 28 Juli 2024.

Meskipun demikian, pemimpin oposisi María Corina Machado menegaskan bahwa kampanye untuk mengakhiri rezim otoriter Nicolás Maduro tetap "lebih kuat dari sebelumnya".

Pengasingan Edmundo González: Dampaknya Terhadap Oposisi

Edmundo González, seorang diplomat yang kini berusia 75 tahun, terpaksa mengungsi ke Spanyol setelah berminggu-minggu bersembunyi di kediaman Duta Besar Belanda di Caracas. Warrant penangkapan yang dikeluarkan oleh pemerintah Venezuela tampaknya didesain untuk memaksa González meninggalkan negara tersebut.


Baca Juga: Ricuh Hasil Pemilu, Pemimpin Oposisi Venezuela Gonzalez Cari Suaka ke Spanyol

Dalam pernyataannya dari Madrid, González menyatakan bahwa keputusannya untuk mengungsi diambil demi keluarganya dan seluruh keluarga Venezuela yang saat ini menghadapi ketegangan dan kecemasan yang luar biasa. Ia berharap pengungsiannya akan membawa perubahan bagi Venezuela dan membuka jalan bagi fase baru di negara tersebut.

Namun, pernyataan González, yang menurut beberapa kalangan terdengar seperti pesan perpisahan, menambah ketidakpastian yang telah melanda Venezuela sejak Maduro mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden bulan Juli lalu tanpa menyertakan bukti yang meyakinkan.

González, yang menggantikan Machado dalam pemilihan setelah pemimpin oposisi tersebut dilarang mencalonkan diri, adalah sosok yang kurang dikenal sebelum keterlibatannya dalam pemilihan ini.

Reaksi María Corina Machado: Tetap Optimis dan Fokus

María Corina Machado, yang merupakan salah satu pemimpin oposisi paling populer di Venezuela, berusaha meredakan kekhawatiran yang muncul pasca pengasingan González. Dalam pernyataannya kepada media, Machado menegaskan bahwa pengungsian González tidak akan mempengaruhi urgensi atau legitimasi kampanye oposisi.

"Dalam pandangan saya, ini tidak mengubah apapun," ungkapnya dengan tegas, menambahkan bahwa González akan tetap diakui sebagai presiden terpilih Venezuela, terlepas dari lokasi fisiknya.

Baca Juga: Kemenangan Nicolas Maduro Sebagai Presiden Venezuela Memicu Protes Besar

Machado juga menyoroti bahwa oposisi saat ini lebih kuat dari sebelumnya, sementara rezim Maduro semakin lemah dan terisolasi.

Meski pengasingan González dianggap sebagai pukulan psikologis, khususnya dalam dunia politik di mana aspek psikologis memiliki dampak yang besar, para ahli sepakat bahwa hal ini tidak akan mengganggu kampanye oposisi secara langsung. Sejak pemilihan, González sendiri telah berada dalam persembunyian dan tidak aktif di garis depan politik Venezuela.

Tantangan Ke Depan: Strategi Oposisi Pasca Pemilu

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oposisi Venezuela adalah absennya strategi yang jelas dalam memanfaatkan kemenangan elektoral mereka.

Phil Gunson, seorang ahli Venezuela dari International Crisis Group yang berbasis di Caracas, mencatat bahwa meskipun oposisi berhasil mencapai kemenangan melawan rezim otoriter Maduro, masih belum terlihat strategi yang konkret untuk memajukan kampanye mereka.

Baca Juga: Nicolas Maduro Klaim Kemenangan Kontroversial dalam Pemilihan Presiden Venezuela

Hal ini, menurut Gunson, lebih mengkhawatirkan daripada pengasingan González. Ketidakpastian mengenai langkah selanjutnya dapat mengancam kesatuan dan kekuatan oposisi, yang sebelumnya telah berhasil mentransfer modal politik besar dari Machado ke González.

Ketiadaan strategi yang terlihat di luar lingkaran kecil Machado menimbulkan keraguan di kalangan pengamat politik tentang kemampuan oposisi untuk mempertahankan momentum mereka.

Situasi ini semakin diperparah oleh tindakan pemerintah Maduro yang mengejek oposisi dengan istilah-istilah yang sangat kejam, menjadikan pengasingan González sebagai "kemenangan besar" bagi mereka.

Editor: Handoyo .