JAKARTA. PT Verena Multifinance Tbk (VRNA) menurunkan target pertumbuhan perseroan pada tahun ini akibat kondisi ekonomi yang melambat. Direktur VRNA, Andi Harjono mengatakan ada revisi target sebesar 20%-30% dari target kinerja pada tahun ini karena kondisi pasar yang belum membaik. Direktur Utama VRNA, Hadi Budiman menambahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini memang tengah mengalami pelambatan. World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sebesar 5,3% yang akhirnya membuat pihaknya merevisi kembali target pencapaian di tahun kuda kayu ini. Hadi menyebut,pada tahun ini merupakan tahun yang sulit karena pertumbuhan ekonomi yang melambat pasti berpengaruh pada pembelian mobil baru yang menurun. Selain itu, diperkirakan juga pemerintah akan mengurangi subsidi BBM dan akan kembali menaikkan suku bunga yang diperkirakan bisa mencapai 7,7%. "Ditambah dengan pemilihan presiden yang membuat investor
wait and see," ujar Hadi Senin (30/6).
Di sisi lain penjualan alat berat djuga diprediksi stagnan dan cenderung menurun setelah ditetapkanya undang-undang Minerba yang mulai berlaku pada 2014. Hadi mengatakan undang-undang minerba akan berdampak pada lini usaha pembiayaan alat berat dan mesin. Biarpun begitu, perseroan tetap optimis bisa bertumbuh dibandingkan tahun lalu. VRNA menargetkan pada tahun ini bisa mencapai pertumbuhan aset menjadi Rp 3,64 triliun. Target pendapatan sendiri diharapkan mencapai Rp 409 miliar dan laba bersih sebesar Rp 43 miliar. “Untuk menutup omzet di alat berat dan mesin tersebut maka kita akan fokuskan ke infrastruktur, kesehatan, agrobisnis dan kehutanan. Selain itu, kami juga akan masuk ke mesin forklip," katanya. Untuk kuartal I sendiri, aset VRNA tumbuh sebesar menjadi Rp 2 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,74 triliun. Pendapatan juga naik sebesar Rp 97 miliar dari kuartal I tahun lalu sebesar Rp 75 miliar. Sedangkan laba bersih menurun menjadi Rp 3,8 miliar dari periode yanag sama tahun lalu sebesar Rp 5,6 miliar. Sedangkan kinerja pada 2013 tercatat total pembiayaan mengalami penurunan sebesar 7% menjadi Rp 1,98 triliun dari 2012 yang mencapai Rp 2,1 triliun . Laba bersih naik sebesar 12% menjadi 37,2 miliar dari tahun sebelumnya mencapai Rp 33,1 miliar. Pendapatan pada 2013 tercatat mencapai Rp 377 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 326 miliar. Aset naik sebesar 7,4% menjadi Rp 2,1 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1,95 triliun dan ekuitas naik menjadi Rp 256 miliar dari tahun sebelumnya mencapai Rp 219 miliar. Portofolio naik 17% dari 2012 menjadi Rp 2,66 triliun. NPL Diharapkan Turun Selain mengharapkan kenaikan penyaluran pembiayaan dan laba, VRNA juga berharap bisa menunjukkan kinerja yang baik pada hal kinerja piutang. Pada tahun lalu, NPL VRNA sendiri mencapai 3,47% yang menunjukkan masih kurang baiknya kinerja piutang perseroaan ini.
Direktur VRNA, Andi Harjono mengatakan kenaikan NPL tersebut disebabkan oleh bisnis alat berat dan mesin yang menurun drastis ditengah persaingan yang ketat. "Persaingan di industri ketat, ditambah dengan industri pertambangan yang masih belum menunjukkan peningkatan sehingga banyak konsumen di daerah yang harus direschedule,"ujarnya. Untuk itu, Andi menyebut pihaknya akan lebih selektif dan ketat dalam memilih konsumenagar bisa menumbuhkan kinerja industri yang meningkat. Pihaknya pun berencana akan membuat perbaikan kualitas piutang dengan menggunakan
blackberry untuk alat bantu survey awal dengan teknologi
GPS/Geo-tagging.
Blakcberry juga akan digunakan untuk alat bantu penagihan sehingga petugas kolektor dapat bekerja dengan lebih efisien dan fleksibel. Andi juga bilang pihaknya akan menempatkan
credit analyst pada setiap cabang otomotif untuk menganalisa kelayakan konsumen, produk,
showroom dan aspek penting lainnya. Ditambah dengan penerapan menajemen resiko yang lebih komprehensif dan ketat dan peningkatan kualitas SDM disertai intensif yang lebih menarik. Selain itu, pihaknya juga akan fokus pada pasar yang aman dan berkembang dengan hanya membiayai konsumen pada sektor infrastruktur, agrobisnis, dan kehutanan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto