Verena targetkan kredit bermasalah turun 3%



JAKARTA. PT Verena Multifinance Tbk menargetkan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) turun menjadi 3% di tahun ini. Tahun lalu, NPL perusahaan pembiayaan yang melantai di bursa dengan kode saham VRNA ini sebesar 3,47%.

Verena memiliki sejumlah cara untuk menurunkan NPL. Pertama, perusahaan pembiayaan akan menggunakan BlackBerry sebagai alat bantu survei awal dengan teknologi geo tagging yang menggunakan GPS. Tujuannya, untuk menghindari manipulasi yang kerap kali dilakukan oleh tenaga pemasaran.

Cara kedua adalah Verena akan menempatkan analis kredit di setiap cabang otomotif untuk menganalisa kelayakan konsumen, produk, dan showroom. Andi Harjono, Direktur PT Verena Multifinance Tbk mengatakan, pihaknya akan lebih selektif dan ketat untuk memilih nasabah.


Selain menurunkan jumlah kredit macet, Verena juga berencana menaikkan pendapatan dan laba di tahun ini. Pada 2013, VRNA berhasil meraup pendapatan Rp 377 miliar. Sampai tutup tahun ini, VRNA mengincar kenaikan target pendapatan 8,49% menjadi Rp 409 miliar.

Begitupun juga dengan perolehan laba bersih. Sepanjang tahun ini, VRNA menargetkan bisa mencetak laba bersih sebesar Rp 43 miliar atau lebih tinggi 29,9% ketimbang perolehan tahun lalu sebesar Rp 33,1 miliar.

Meski kinerja pendapatan dan laba tahun ini bertumbuh, sejatinya angka tersebut sudah direvisi. Hadi Budiman, Direktur Utama PT Verena Multifinance Tbk mengatakan, pihaknya menurunkan 20% sampai 30% dari target kinerja perusahaan yang dipasang di awal tahun ini. Sayang, Hadi tak menyebutkan berapa besar target awal perusahaan.

Hadi mengatakan, industri pembiayaan di awal tahun ini sedang lesu. Ada beberapa faktor yang menghambat kinerja industri pembiayaan seperti seperti penurunan pembelian mobil. Industri pembiayaan makin tertekan lantaran pasar alat berat lesu.

Faktor lainnya yang mempengaruhi industri pembiayaan adalah pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate). "Ditambah dengan pemilihan presiden yang membuat investor wait and see," kata Hadi.

Untuk menutup penurunan pembiayaan di sektor alat berat, perusahaan pembiayaan ini akan fokus membiayai alat berat untuk infrastruktur, agribisnis dan kehutanan. "Selain itu, kami juga akan masuk ke pembiayaan mesin forklift," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fitri Arifenie