KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Virus Babi Afrika atau virus African Swine Fever (ASF) kini telah masuk ke berbagai daerah yang ada di Provinsi Papua Tengah. Hal ini membuat masyarakat di Papua Tengah merasa takut untuk mengonsumsi daging babi. Penjabat (Pj) Gubernur Papua Tengah, Anwar Damanik, menceritakan bahwa akibat virus ASF, masyarakat takut untuk mengonsumsi daging babi dan beralih mengonsumsi daging lainnya pada momen Natal dan Tahun Baru.
Hal itu mengakibatkan kebanyakan masyarakat yang merayakan Natal beralih dengan mengonsumsi daging ayam dan daging sapi. “Tentunya, dengan meningkatnya permintaan daging sapi akibat virus ASF, harga daging sapi meningkat dari Rp 150.000 per kilogram menjadi Rp 180.000 per kilogram,” katanya dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Sabtu (28/12/2024). Baca Juga: Menkum Minta Maaf atas Polemik Wacana Denda Damai untuk Koruptor Oleh karena itu, Anwar berjanji akan menyelesaikan masalah virus ASF yang mewabah di daerahnya, di mana akibat virus ini banyak peternak babi mengalami kerugian besar. “Kami telah membentuk satgas untuk mengatasi wabah virus ASF. Kami berjanji untuk mengatasinya,” ucapnya. Anwar menegaskan bahwa ia telah memerintahkan satgas untuk mengambil langkah cepat dan tepat dalam mengatasi lonjakan harga daging, dengan memberikan subsidi dari harga sebelumnya dan saat ini. “Tentunya, kita harus mengatur harga daging agar tetap stabil pada tingkat konsumen,” katanya. Anwar mengimbau kepada masyarakat untuk tidak panik. Pemerintah Provinsi Papua Tengah akan terus mengambil langkah-langkah strategis, baik dalam menyelesaikan wabah virus ASF maupun mengendalikan harga pasar. “Kita terus bekerja keras untuk mengatasi masalah ini, agar tahun baru nanti dapat dirasakan dengan baik dan penuh sukacita oleh masyarakat,” ujarnya. Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Nabire telah mengumumkan kepada seluruh masyarakat, khususnya peternak babi, agar waspada terhadap virus ASF.