Virus corona belum terbendung, rupiah kembali melemah pada penutupan hari ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mengalami penguatan pada perdagangan kemarin, rupiah justru ditutup melemah pada perdagangan Kamis (30/1). Mata uang garuda ini ditutup terkoreksi negatif ke level Rp 13.657 per dolar Amerika Serikat (AS).

Rupiah melemah 0,17% dibandingkan penutupan pada Rabu (29/1) di level Rp 13.634 per dolar AS.

Ekonom Bank BCA David Sumual menyebut virus corona masih menjadi sentimen utama pelemahan rupiah pada hari ini. Ia menyebut virus corona akan masih menjadi momok bagi pasar selama virus ini belum menemui titik terang.


Baca Juga: Ini proyeksi ekonom terhadap inflasi bulan Januari

“Pasar kan memang paling tidak suka akan ketidakpastian, dan virus corona adalah penyebab ketidakpastian dalam beberapa hari ke belakang. Selain itu, virus seperti ini kan tidak bisa diprediksi, jadi ya sentimen ini masih akan berlangsung dalam waktu yang tidak bisa diperkirakan.” ujar David kepada Kontan.co.id, Kamis (30/1).

David menambahkan, dari dalam negeri juga tidak ada sentimen yang bisa membendung pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Hampir sepekan ini tidak ada data ekonomi dari dalam, sehingga pergerakan dipengaruhi sentimen eksternal.

Analis Kapital Global Investama Alwi Assegaf juga tidak menampik virus corona masih menjadi sentimen yang punya pengaruh besar terhadap pergerakan rupiah. Hal ini terlihat dengan pelemahan mata uang yang serempak menimpa mayoritas negara Asia.

“Kalau ketidakpastian muncul, aset berisiko pasti dihindari dan investor beralih ke safe haven. Kalau untuk mata uang, yang jadi safe haven yen Jepang dan dolar AS makannya kedua mata uang tersebut mengalami penguatan hari ini,” jelas Alwi.

Baca Juga: Tak mampu bertahan, rupiah spot ditutup melemah ke Rp 13.657 per dolar AS

Selain itu, Alwi menambahkan penguatan dolar AS tidak terlepas dari pengumuman The Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga acuan di 1,5%-1,7%. Padahal kebanyakan bank sentral justru menurunkan suku bunga dan mengambil kebijakan dovish.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi