Virus corona dapat berdampak ke recurring income emiten properti, simak saran analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merebaknya pandemi virus corona di Indonesia mulai berdampak pada bisnis pengembang properti, khususnya yang menyewakan pusat perbelanjaan, perkantoran, apartemen, hingga hotel. Pengembang kawasan Pondok Indah PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI), misalnya, mencatatkan penurunan pengunjung mal yang drastis sehingga penjualan para penyewa (tenant) ikut merosot. 

Bahkan, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menutup tiga mal Summarecon yang berlokasi di Kelapa Gading, Serpong, dan Bekasi mulai hari ini, Rabu (25/3) hingga dua pekan ke depan. Hal ini dilakukan untuk memutus rantai penularan virus corona.

Baca Juga: Summarecon Mall Bekasi juga tutup sementara efek corona


Analis MNC Sekuritas Muhamad Rudy Setiawan mengatakan, merebaknya virus corona memang berpengaruh pada pengembang properti, terutama yang memiliki porsi pendapatan berulang (recurring income) cukup besar. Sebut saja PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang kontribusi recurring income per kuartal III 2019 mencapai 52%,  PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) 34%, SMRA 38%, dan MKPI 77%.

"Tentu ini akan mempengaruhi kinerja tahun 2020 para pengembang properti tersebut," ucap Rudy saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (24/3). 

Meskipun begitu, menurut dia, pengaruh ini tergantung dari jangka waktu kontrak penyewaan yang emiten miliki.

"Apabila kontrak masih mengikat sampai tahun 2021, maka tidak akan mengalami penurunan yang cukup dalam. Akan tetapi, apabila kontraknya jangka pendek, tentu akan berpengaruh signifikan," kata Rudy. 

Pasalnya, tenant yang memiliki kontrak jangka pendek berpotensi untuk menangguhkan sewanya terlebih dahulu. Alhasil, emiten properti tidak akan mendapatkan kontrak berulang dari tenant tersebut.

Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) rilis cluster Morizen tahap 2 seharga Rp 3,7 miliar per unit

Oleh karena itu, meski harga saham emiten-emiten ini sudah banyak terdiskon sehingga tergolong murah, Rudy menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu. 

Alasannya, persebaran virus corona yang kian meluas berpotensi semakin menekan pasar saham. Ia menyarankan investor untuk menunggu hingga persebaran virus corona mereda. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi