JAKARTA. Awal tahun 2012, Indonesia kembali dikejutkan dengan munculnya kasus flu burung. Bahkan satu korban jiwa meninggal, yang merupakan warga Sunter (Jakarta Utara), telah diyatakan positif terjangkit virus H5N1 tersebut. Ternyata, sepanjang awal tahun ini, bukan hanya DKI Jakarta saja yang dilaporkan terserang virus Avian Influenza (AI). Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, paling tidak sudah ada laporan kasus AI pada unggas di 8 desa pada 8 kabupaten/kota di 7 provinsi.Direktur Jenderal (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syukur Iwantoro mengungkapkan, data itu berdasarkan laporan SMS Gateway dari tim Participatory Disease Surveillance and Response (PDSR). "Hingga 12 Januari 2012, dilaporkan kasus AI pada unggas ada di 8 desa pada 8 kabupaten/kota di 7 Provinsi,” ujarnya, Minggu (15/1). Syukur menyebut, ketujuh provinsi yang dilaporkan telah mengalami kasus AI pada unggas, yaitu Jawa Tengah (Sragen, Brebes), Jawa Timur (Lamongan), Riau (Pekanbaru), Kalimantan Timur (Panajam Paser Utara), Jambi (Muaro Jambi), Sulawesi Selatan (Sidrap) dan DKI Jakarta (Jakarta Utara). Dalam laporan tersebut, tercatat jumlah unggas mati yang dilaporkan sebanyak 1.073 ekor. Terbesar dilaporkan terjadi di Kabupaten Sidrap (Sulawesi Selatan) pada ayam ras petelur dengan jumlah sebanyak 723 ekor.Menyikapi merebaknya virus flu burung ini, Syukur menganjurkan kepada daerah untuk meningkatkan kewaspadaan munculnya kasus AI pada unggas, khususnya pada musim penghujan. Untuk itu, perlu ditingkatkan deteksi dini dan respon cepat terutama oleh petugas PDSR yang ada di masing-masing wilayah dengan melakukan penelusuran penyakit pada tempat-tempat yang dapat menjadi faktor risiko dengan bantuan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota. ”Aktifkan kader AI untuk membantu dinas setempat dalam upaya meningkatkan pelaporan dini dugaan kasus flu burung, tingkatkan komitmen daerah dalam menindaklanjuti Permentan No. 50 tahun 2006 tentang Pedoman Pemeliharaan Unggas di Pemukiman dan lakukan koordinasi dengan instansi terkait,” ujarnya. Saat ini, menurut Syukur, sudah dilakukan langkah khusus dalam menangani merebaknya kasus flu burung. Antara lain, membentuk tim surveilans, investigasi serta tim pengendalian/pemberantasan meliputi unsur-unsur Kementan, Kemenkes, Laboratorium Balai Keswan DKI, BPPV dan Bbalitvet Bogor untuk melakukan surveilans dan investigasi penyakit AI. Selain itu, mengikutsertakan industri perunggasan beserta semua pelaku perdagangan unggas dalam terobosan pengendalian AI di Jabodetabek, memperkuat komunikasi informasi dan edukasi (KIE) bekerjasama dengan Pemerintah daerah provinsi, Kabupaten/Kota serta meningkatkan pengawasan lalu lintas unggas dan produknya.Syukur bilang, sejak terjadinya wabah AI pada unggas di Indonesia di Januari 2004, maka situasi AI pada unggas secara nasional mengalami peningkatan kasus, dengan puncaknya di 2007. Namun, secara bertahap kasus AI pada unggas mengalami penurunan setiap tahunnya hingga pada akhir tahun 2011.Tercatat jumlah kasus AI pada unggas secara nasional tahun 2011 sebanyak 1.411 kasus, atau sekitar 122 kasus per bulan atau 4 kasus per hari. Jumlah tersebut lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, yaitu di 2010 sebanyak 1.502 kasus, dan di 2009 sebanyak 2.293 kasus. “Provinsi yang hingga saat ini masih berstatus bebas AI adalah Maluku Utara. Akan terus dilakukan surveilans deteksi dini bila terjadi wabah pertama di provinsi ini,” imbuhnya.
Virus flu burung telah menyerang unggas di tujuh provinsi
JAKARTA. Awal tahun 2012, Indonesia kembali dikejutkan dengan munculnya kasus flu burung. Bahkan satu korban jiwa meninggal, yang merupakan warga Sunter (Jakarta Utara), telah diyatakan positif terjangkit virus H5N1 tersebut. Ternyata, sepanjang awal tahun ini, bukan hanya DKI Jakarta saja yang dilaporkan terserang virus Avian Influenza (AI). Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, paling tidak sudah ada laporan kasus AI pada unggas di 8 desa pada 8 kabupaten/kota di 7 provinsi.Direktur Jenderal (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syukur Iwantoro mengungkapkan, data itu berdasarkan laporan SMS Gateway dari tim Participatory Disease Surveillance and Response (PDSR). "Hingga 12 Januari 2012, dilaporkan kasus AI pada unggas ada di 8 desa pada 8 kabupaten/kota di 7 Provinsi,” ujarnya, Minggu (15/1). Syukur menyebut, ketujuh provinsi yang dilaporkan telah mengalami kasus AI pada unggas, yaitu Jawa Tengah (Sragen, Brebes), Jawa Timur (Lamongan), Riau (Pekanbaru), Kalimantan Timur (Panajam Paser Utara), Jambi (Muaro Jambi), Sulawesi Selatan (Sidrap) dan DKI Jakarta (Jakarta Utara). Dalam laporan tersebut, tercatat jumlah unggas mati yang dilaporkan sebanyak 1.073 ekor. Terbesar dilaporkan terjadi di Kabupaten Sidrap (Sulawesi Selatan) pada ayam ras petelur dengan jumlah sebanyak 723 ekor.Menyikapi merebaknya virus flu burung ini, Syukur menganjurkan kepada daerah untuk meningkatkan kewaspadaan munculnya kasus AI pada unggas, khususnya pada musim penghujan. Untuk itu, perlu ditingkatkan deteksi dini dan respon cepat terutama oleh petugas PDSR yang ada di masing-masing wilayah dengan melakukan penelusuran penyakit pada tempat-tempat yang dapat menjadi faktor risiko dengan bantuan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota. ”Aktifkan kader AI untuk membantu dinas setempat dalam upaya meningkatkan pelaporan dini dugaan kasus flu burung, tingkatkan komitmen daerah dalam menindaklanjuti Permentan No. 50 tahun 2006 tentang Pedoman Pemeliharaan Unggas di Pemukiman dan lakukan koordinasi dengan instansi terkait,” ujarnya. Saat ini, menurut Syukur, sudah dilakukan langkah khusus dalam menangani merebaknya kasus flu burung. Antara lain, membentuk tim surveilans, investigasi serta tim pengendalian/pemberantasan meliputi unsur-unsur Kementan, Kemenkes, Laboratorium Balai Keswan DKI, BPPV dan Bbalitvet Bogor untuk melakukan surveilans dan investigasi penyakit AI. Selain itu, mengikutsertakan industri perunggasan beserta semua pelaku perdagangan unggas dalam terobosan pengendalian AI di Jabodetabek, memperkuat komunikasi informasi dan edukasi (KIE) bekerjasama dengan Pemerintah daerah provinsi, Kabupaten/Kota serta meningkatkan pengawasan lalu lintas unggas dan produknya.Syukur bilang, sejak terjadinya wabah AI pada unggas di Indonesia di Januari 2004, maka situasi AI pada unggas secara nasional mengalami peningkatan kasus, dengan puncaknya di 2007. Namun, secara bertahap kasus AI pada unggas mengalami penurunan setiap tahunnya hingga pada akhir tahun 2011.Tercatat jumlah kasus AI pada unggas secara nasional tahun 2011 sebanyak 1.411 kasus, atau sekitar 122 kasus per bulan atau 4 kasus per hari. Jumlah tersebut lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, yaitu di 2010 sebanyak 1.502 kasus, dan di 2009 sebanyak 2.293 kasus. “Provinsi yang hingga saat ini masih berstatus bebas AI adalah Maluku Utara. Akan terus dilakukan surveilans deteksi dini bila terjadi wabah pertama di provinsi ini,” imbuhnya.