Virus ransomware tak ganggu kinerja Merck Sharp



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Virus ransomware menggerogoti PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI) mengganggu kinerja semester I-2017. Namun emiten berkode dagang SCPI ini optimistis kinerja tahun ini dan tahun depan tetap bertumbuh. Novian Zein, Direktur SCPI menjelaskan perseroan terkena virus ransomware selama bulan penutupan semester I-2017. Alhasil sistem pengiriman produk tidak jalan dan lab testing pun demikian.

"Tapi dalam waktu sebulan semua bisa normal. Ini termasuk baik ketimbang grup Merck Sharp Dohme lain di global," kata Novial, Jumat (18/12). Menurutnya hal ini membuat perseroan harus memastikan sistem informasi perseroan bisa lebih baik. Oleh karena itu antisipasi sistem pun dilakukan agar kejadian sama tidak terulang kembali. "Tapi kami optimistis kinerja semester II bisa membaik didukung produk baru dan juga dari obat BPJS," katanya. Dalam laporan keuangan semester I-2017 tercatat penjualan sebesar Rp 1,21 triliun atau turun 2,94% dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 1,18 triliun. Alhasil laba bersih semester I-2017 tercatat sebesar Rp 104,1 miliar atau turun dari periode sama tahun lalu sebesar 64,7 miliar. Asal tahu, tahun ini perseroan meluncurkan obat baru di bidang kanker paru-paru. Serta memenangkan tiga obat untuk masuk program e-catalog. Sebagai informasi penjualan SCPI 91% berasal dari ekspor. Sisanya untuk keperluan domestik. "Kita adalah basis ekspor untuk kawasan Asia Pasifik. Tentunya kami akan terus tingkatkan penjualan dengan kualitas standar global," jelasnya. Catatan saja, SCPI berdiri sejak 1972 dengan pabrik di Pandaan, Jawa Timur. Di periode 2012 perseroan meresmikan pabrik kedua di lokasi sama. Produk-produk utamanya seperti untuk kebutuhan allergy & asthma, cardiovascular, dermatology, oncology dan acute care.

 "Utilisasi pabrik rata-rata sekarang baru terpakai 40% dan tentunya kami mau tingkatkan," katanya. Untuk itu tahun ini pihaknya menggelontorkan capex sekitar US$ 3 juta untuk maintenance mesin pabrik. Tahun depan perseroan menyiapkan belanja modal sebesar US$ 5 juta untuk renovasi pabrik 1 dan juga maintenance mesin pabrik lagi.


"Kami tentu ingin produksi seefisien mungkin di samping memaksimalkan kapasitas," jelasnya. Ardhi Pradhana, Sekretaris Perusahaan menjelaskan tahun depan SCPI membidik pertumbuhan penjualan double digit. Hal ini lewat produk baru yang akan segera masuk pasar. "Kami sudah dapat sertifikasi obatnya dari BPOM tapi tinggal promosi jual di tahun depan," kata Ardhi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina