Visi Media Asia (VIVA) lakukan private placement, ini komentar analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) menerbitkan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Dana segar hasil private placement akan digunakan untuk membayar utang dan menambah modal kerja perusahaan.

Dalam private placement VIVA akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 1,64 miliar saham baru atau 10% dari total modal yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perusahaan. Saham baru yang diterbitkan dengan nominal Rp 100 per saham.

Tujuan private placement yang dilakukan VIVA adalah untuk membayar kewajiban PT Lativi Mediakarya (LM), yakni sebagian utang berdasarkan Senior Facility Agrement yang jatuh tempo sampai dengan Oktober 2019 (akhir tahun kedua dari tenor Senior Facility) sebesar US$ 9,4 juta


VIVA mendapat restu pemegang saham untuk melakukan private placement pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada 25 April 2019.

Permohonan pencatatan saham tambahan dari pelaksanaan PMTHMETD dilaksanakan oada 6 Mei 2019. Pencatatan saham baru di BEI akan dilaksanakan pada 14 Mei 2019.

Analis Reliance Sekuritas Kornelis Wicaksono berpendapat, kinerja VIVA di tahun 2018 tertekan dengan kenaikan di beban usaha yang membuat laba usahanya menciut. Padahal, kata Kornelis, hingga kuartal III-2018 pendapatan VIVA stagnan Rp 1,96 triliun.

"Meskipun demikian di tahun ini saya perkirakan pemilu dan kampanye dapat menambah pendapatan disokong iklan yang bertambah," kata Kornelis kepada Kontan.co.id, Selasa (19/3).

Analis Panin Sekuritas William Hartanto berpendapat, mengenai prospek VIVA dan pilihan pendanaan yang dipilih VIVA via private placement perlu dilihat dari segi tujuan penggunaan dananya.

"Tergantung pendanaan untuk apa, kalau untuk bayar utang kurang bagus. Karena itu mencerminkan ketidakmampuan emiten dalam menutup utang dengan dana sendiri. Tapi kalau dari sahamnya, sepertinya disambut dan hari ini menguat," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (19/3).

Sementara, analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji menilai VIVA memiliki potensi yang positif dengan tujuan penggunaan private placement untuk pelunasan utang dan modal kerja. "Private placement bisa dimanfaatkan perusahaan seefektif mungkin sehingga mereka mampu melaksanakan ekspansi bisnis," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (19/3).

Kornelis berpendapat, pada saat ini, pendanaan via private placement lebih menarik. "Karena kalau rights issue belum pasti ditebus, sedangkan private placement sudah pasti dapat dana," ujarnya.

Kornelis menambahkan, prospek pendanaan lewat penerbitan saham baru lebih baik karena tidak membebani kinerja keuangan dengan pembayaran utang.

Selain pendanaan dengan menjual saham baru, Kornelis melihat pilihan pendanaan menjajal obligasi dan utang bank akan membebani kinerja dengan pembayaran bunga.

"Jadi penggunaannya harus tepat supaya kinerja perusahaan terangkat lebih tinggi dari pembayaran utangnya," jelas Kornelis.

Kornelis bilang, dari jenis pendanaan tersebut, keuntungan bagi investor tergantung dari profil mereka.

"Karena jika obligasi, maka mereka mendapatkan pembayaran dari bunga, sedangkan kalau saham, mereka hanya bisa mengandalkan dividen dan kenaikan saham yang kadang belum dapat dipastikan," imbuhnya.

Menurut William, penerbitan rights issue lebih baik dibandingkan menerbitkan surat utang. "Karena saat ini bunga agak tinggi. Dan rights issue lebih aman karena biasanya sudah ada standby buyer," katanya.

Senada, Nafan menilai, pendanaan melalui private placement merupakan strategi yang lebih tepat untuk saat ini.

"Cenderung ke private placement. Kalau perbankan ada bunganya. Penerbitan saham baru, selain bisa mengurangi beban pinjaman, emiten akan mampu meningkatkan kinerja arus kas maupun ekuitas," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi