Visi Telekomunikasi fokus garap bisnis menara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk bakal fokus menjadi perusahaan penyedia jasa infrastruktur telekomunikasi. Apalagi, emiten berkode saham GOLD di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini memutuskan tak lagi menjalankan bisnis ritelnya.

Paulus Ridwan Purawinata, Direktur Utama Visi Telekomunikasi Infrastruktur mengatakan, kini perusahaan uang ia pimpin fokus pengembangan menara telekomunikasi mikro seluler karena investasi yang digelontorkan tak terlalu besar. Sektor ini juga belum banyak pemain.

No more ritel di tahun 2017. Sudah 100% bisnis beralih ke BTS (base transceiver station), soal angka (pendapatan) saya belum bisa update karena kuartal III baru kemarin tutup, ujar Paulus kepada KONTAN, Senin (2/10).


Sebelumnya GOLD bergerak dalam bidang manajemen perdagangan ritel dan pengelolaan mal, termasuk department store dan pengelola ruang sewa komersial. Merek department store GOLD adalah Golden Truly. Sejak melepas bisnis ritel di akhir tahun lalu pendapatan GOLD sampai semester I-2017 meningkat signifikan, yakni Rp 12,01 miliar. Jumlah itu naik hampir 10 lipat dibandingkan periode sama tahun lalu, yang hanya sebesar Rp 1,35 miliar.

Walaupun terjadi kenaikan pendapatan, dari sisi bottom line perusahaan ini masih tertekan cukup dalam, yakni sebesar Rp 3,01 miliar di semester I-2017. Meningkat 80,2% dibandingkan periode sama tahun lalu, yakni Rp 1,67 miliar.

Paulus tetap optimistis, kinerja GOLD membaik seiring fokus perusahaan di sektor penyedia jasa menara telekomunikasi. Asal tahu saja, tenant ratio menara milik GOLD yang disewa satu provider mencapai 1:1.

Seiring fokus usaha, GOLD baru saja mendapatkan pinjaman dana segar sebesar Rp 50 miliar. Kucuran dana ini didapat setelah anak usahanya PT Permata Karya Perdana menandatangani fasilitas pinjaman dari Bank Ina Perdana pada 31 Agustus 2017.

Paulus bilang, pinjaman tersebut akan digunakan untuk dana ekspansi pembangunan menara tahun ini. Sebab, sesuai pipeline perusahaan akan menargetkan bisa membangun 150 menara mikro seluler tahun ini. Perlu diketahui investasi pembangunan menara mikro seluler tidak sebesar BTS, yakni hanya sekitar Rp 300 juta-400 juta per unit.

Gilang Pramono Seto, Presiden Direktur Permata Karya Perdana (PKP), menambahkan, dana pinjaman akan digunakan untuk keperluan ekspansi menara. Ia mengatakan, hingga awal kuartal IV ini pembangunan menara masih on the track sesuai pipeline, yakni sudah mencapai 80% dari target.

Sampai saat ini, jumlah menara perusahaan ini mencapai lebih dari 300 unit. Di kuartal IV ini, perusahaan akan mengejar pembangunan 25 unit-30 unit menara baru.

Tidak hanya di Jawa, pembangunan menara baru akan dilakukan di Bali, Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan. Betul (pinjaman) untuk PKP dan untuk kebutuhan pembangunan tahun ini. Realisasi sampai dengan saat ini masih on track, kata Gilang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini