KONTAN.CO.ID - Industri film di Tanah Air diyakini mampu berkembang besar dan bersaing dengan mancanegara. Meski begitu, Visinema juga berekspansi di luar produksi film. Menurut Angga Sasongko,
Founder dan CEO Visinema, potensi industri film Indonesia bisa sebesar Korea bahkan Hollywood. Soalnya, Indonesia memiliki keragaman suku yang menghasilkan berbagai cerita yang relevan. Tidak hanya untuk penonton Indonesia, tapi juga global.
Hal ini tercermin dari dukungan berbagai festival film internasional seperti Busan, serta respons penonton internasional di berbagai
streaming platform terhadap film Indonesia. "Kami percaya, potensi industri film bisa berkembang besar karena pasarnya besar dan kecintaan orang akan konten lokal juga besar," kata Angga dalam konferensi pers dan media gathering Visinema di Jakarta, Kamis (7/9).
Baca Juga: Tripar Multivision Plus (RAAM) Memacu Seluruh Lini Bisnis "Namun, untuk merealisasikan potensi industri, tidak bisa hanya mengandalkan produksi film berkualitas saja," tegasnya. Oleh karena itu, Angga menyebutkan, Visinema tengah berekspansi di luar produksi film, dengan mengembangkan distribusi konten melalui Bioskop Online yang sudah memiliki 1 juta penonton dan 200 film lokal. Kemudian, melakukan pengembangan
intellectual property (IP). Saat ini, Angga mengungkapkan, potensi nilai IP Visinema mencapai setengah triliun rupiah. Kendati gencar berekspansi dan telah mencapai nilai IP setengah triliun rupiah, Angga mengatakan, Visinema masih menghadapi tantangan dalam pengembangan industri film. Yakni, akses ke pendanaan dan talenta. Angga berpendapat, tidak banyak perusahaan kreatif yang berkaitan dengan IP dan memiliki kapasitas untuk berinteraksi di dunia investasi.
Baca Juga: Cinema XXI (CNMA) Sudah Serap Capex US$ 20 Juta Sementara talenta yang banyak dianggap sebagai pekerja. Padahal, menurut Angga, talenta adalah aset dan investasi yang tidak boleh dianggap sebagai mesin. Sekedar informasi saja, Visinema akan menjadi satu-satunya
production house Indonesia, di mana dua produksi filmnya akan diputar di Busan International Film Festival. Film tersebut adalah
Ali Topan yang akan tayang perdana dan
24 Jam Bersama Gaspar. Anak perusahaan Visinema, Bioskop Online juga tengah memutar
Ziarah, salah satu film yang akan diputar dalam program khusus Indonesia yang bertajuk
Renaissance of Indonesian Cinema.
Baca Juga: Cinema XXI (CNMA) Targetkan Tambah 80 Layar Baru pada Akhir 2023 Dalam acara yang sama, Reza Rahadian, aktor
24 Jam Bersama Gaspar dan juga Ketua Komite Festival Film Indonesia, menyatakan optimisme yang sama terhadap potensi industri film Indonesia.
Reza bilang, sudah ada 147 film Indonesia yang siap tayang di tahun ini. Hal ini, menurut Reza, menandakan resiliensi Indonesia yang sempat ditantang saat pandemi, dan sekarang sudah bangkit dan berkarya lebih dari sebelumnya. "Resiliensi ini ditambah potensi pasar yang besar dan perkembangan pesat talenta filmmaker Indonesia, membuat saya jadi makin yakin bahwa Indonesia tidak hanya bisa jadi pasar bagi film internasional, tapi jadi pemain besar di industri global," ujarnya. "Harapannya, setelah dapat pengakuan dari festival film sebesar Busan, ke depannya perfilman Indonesia, termasuk
film makers-nya akan makin jadi perhatian industri film global," imbuh Reza. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Jane Aprilyani