VIVA bakal menjual obligasi Rp 800 miliar



JAKARTA. Emiten sektor media, PT Visi Media Asia Tbk mencari pendanaan yang lebih murah di tahun depan untuk membayar utang. Emiten berkode saham VIVA ini akan menerbitkan obligasi Rp 800 miliar bertenor tiga tahun pada kuartal kedua 2013.

Presiden Direktur VIVA Erick Thohir mengatakan, tingkat bunga yang masih rendah membuat pihaknya memastikan pembayaran utang dari hasil penerbitan obligasi. VIVA berutang US$ 80 juta dari Deutsche Bank AG pada 10 Agustus 2012. Utang ini berbunga 9% per tahun. 

Saat ini, VIVA sudah mencari dua penjamin emisi lokal dan satu penjamin emisi dari luar negeri. Erick yakin, pertumbuhan kinerja keuangan yang tinggi dan posisi utang yang rendah akan membuat rating obligasi VIVA menarik. "Kami yakin obligasi menjadi pendanaan paling menguntungkan dan akan diterbitkan dengan denominasi rupiah," kata Erick, Senin (10/12).


Dari laporan keuangan hingga kuartal III 2012, nilai utang bank dan lembaga keuangan jangka panjang VIVA tercatat Rp 743,42 miliar.

Tahun depan, VIVA yakin masih akan bisa bertumbuh pesat seiring dengan pertumbuhan industri media. Erick bilang, pertumbuhan rata-rata media mencapai 12%, dengan pertumbuhan televisi 16%, internet 36%, serta surat kabar dan radio 5%-9%. Erick yakin pertumbuhan VIVA bisa melampaui pertumbuhan industri media. Dia menargetkan, pendapatan VIVA bisa tumbuh 30% dari target tahun ini sebesar Rp 1,2 triliun.

Apalagi, tingkat kebutuhan iklan masih sangat tinggi. Makanya, tahun depan, VIVA akan menggelontorkan dana US$ 150 juta untuk produk baru televisi berbayar.

Pengamat pasar obligasi Agus Salim mengatakan, investor harus mencermati peruntukan dana obligasi ini. Selain itu, calon investor harus membaca terlebih dahulu laporan lembaga pemeringkat soal rating VIVA. Agus mengatakan, banyaknya potensi penerbitan obligasi di semester pertama tahun depan belum tentu menjadi saingan penerbitan obligasi VIVA.

Agus menambahkan, VIVA punya peluang besar untuk menarik minat investor. "Industri media masih sangat menjanjikan. Hanya saja, calon investor tetap harus berpedoman pada laporan lembaga pemeringkat mengenai kualitas kredit dan memperhitungkan apakah return sepadan dengan risiko yang bakal dihadapi," kata Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati