VIVA masih mencari cara lunasi utang



JAKARTA. PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) akan melego sebanyak 15% sahamnya kepada anak usaha PT Bakrie Global Ventura, yakni PT Intermedia Capital Tbk (MDIA). Saat ini saham Bakrie Grup di MDIA sebesar 89,9% saham. Adapun dana dari penjualan tersebut untuk membayar utang.

Asal tahu saja, pada tahun 2013 VIVA mendapat pinjaman dari konsorsium Credit Suisse US$ 230 juta. Sampai saat ini utang itu sudah diangsur lebih dari US$ 100 juta. Presiden Direktur VIVA Anindya Novyan Bakrie menjelaskan, saham VIVA dijual ke perusahaan anak. 'Namun sayangnya, Anin belum mau membeberkan berapa besar hasil penjualan itu.

Anin berkilah saat ini masih menghitung harga jual per saham dalam aksi korporasi ini. Anak usaha Bakrie Global itu sudah melapor ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Berapa harganya? Intinya harga sudah ditetapkan mengikuti OJK, harus 90 hari dari harga saham average. Kalau harga sudah ada aturan mainnya, dan belum tentu 15%, tapi up to 15% ya," jelasnya dalam konfrensi pers, Jumat (2/9).


Selain menjual saham, perseroan ini juga akan mencari pinjaman untuk melunasi utang kepada konsorsium asing tersebut. Sambil menyiasati utang, VIVA berupaya menggenjot pendapatan dari siaran-siaran unggulan. Dia mengatakan, VIVA sengaja menggunakan strategi variasi program siar karena tantangan free to air sekarang semakin berat. Di ANTV lebih banyak program serial drama. Sementara untuk TV One fokus sebagai TV sport dan news. Alhasil, segmentasi penonton pun terbagi pula antara pria dan wanita. "Ini yang membuat jumlah penonton terus bertambah dari tahun ke tahun, kue iklan yang diterima perusahaan juga cukup stabil," ujarnya.

Berkaca dari keterbukaan informasi, tak heran apabila VIVA tetap optimistis melihat paruh kedua tahun ini. "Untuk tahun ini, kami menargetkan pertumbuhan VIVA 15%–16%," imbuhnya. Adapun per Juni 2016 perusahaan ini membukukan pendapatan sebesar Rp 1,22 triliun atau naik 9,6% dari tahun lalu. Pada periode yang sama, laba bersih Rp 118 miliar dibandingkan dengan rugi Rp 245 miliar tahun lalu.

Anin menyebut saat ini Viva menggunakan strategi bisnis konvergensi 360 derajat. Dengan strategi tersebut, penonton bisa mengakses beragam konten melalui TV FTA, mobile, serta online streaming. VIVA juga tengah mengembangkan teknologi agar program televisi dapat dinikmati melalui aplikasi mobile. Hal itu diyakini menjadi tambang emas potensial untuk meningkatkan pengiklan. Perusahaan memanfaatkan channel youtube untuk menambah pendapatan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini