Vladimir Putin dan Kim Jong Un Habiskan Waktu 5 Jam di Pangkalan Luar Angkasa Rusia



KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Berkunjung ke pangkalan luar angkasa Rusia, Vostochny Spaceport, menjadi salah satu agenda perjalanan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, di Rusia. Pada hari Rabu (13/9), Kim dan Presiden Vladimir Putin menghabiskan waktu lebih dari 5 jam di pangkalan antariksa tersebut.

Melansir TASS, kedua pemimpin bertemu pada pukul 7:09 waktu Moskow di Vostochny. Putin datang dengan pesawat dari Vladivostok, sementara Kim tiba dengan keretanya.

Vostochny adalah pelabuhan antariksa sipil pertama Rusia yang terletak di wilayah Amur, dekat kota Tsiolkovsky.


Putin menandatangani dekrit tahun 2007 untuk membangun pelabuhan antariksa tersebut dan proses pembangunannya dimulai pada tahun 2012.

Baca Juga: Kim Jong Un ke Rusia, Korea Utara Luncurkan Dua Rudal Balistik ke Laut

Peluncuran pertama dari Vostochny terjadi pada 28 April 2016 ketika roket Soyuz-2.1a mengorbitkan satelit penelitian dan pendidikan Lomonosov dan Aist-2D, serta satelit nano SamSat-218.

Putin dan Kim berjalan menyaksikan perakitan roket pembawa Angara, mengunjungi landasan peluncuran Soyuz dan landasan peluncuran Angara yang belum selesai.

Kepada wartawan, Putin mengatakan bahwa Kim menunjukkan minat besar pada teknologi roket. Beberapa bulan terakhir pun Korea Utara telah melakukan uji coba peluncuran satelit mata-mata ke luar angkasa. Sayangnya program tersebut selalu gagal.

Baca Juga: Vladimir Putin dan Kim Jong Un Saling Tukar Janji Dukungan

"Pemimpin Korea Utara menunjukkan minat yang besar terhadap teknologi roket, negara ini mencoba mengembangkan industri luar angkasanya. Rusia telah memperoleh keahlian yang baik di bidang ini," kata Putin.

Ketika ditanya oleh media tentang kemungkinan Rusia membantu Korea Utara membangun satelit, Putin berkata: "Itulah mengapa kami datang ke sini."

Upaya peluncuran satelit mata-mata Korea Utara bulan Juli lalu dikecam dunia Barat, terutama Amerika Serikat, karena menggunakan teknologi rudal balisitik yang dilarang bagi Korea Utara berdasarkan sanksi PBB.

Potensi kerja sama Rusia dan Korea Utara dalam bidang ini bisa membuat dua negara tersebut menerima lebih banyak sanksi.