Volatilias rupiah 8,3%, BI: Masih rendah dibanding negara lain



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih tak kuat uji nyali menghadapi dollar Amerika Serikat (AS). Kamis (1/3), kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan nilai tukar rupiah di Rp 13.793 per dollar AS, melemah 0,63% ketimbang posisi kemarin.

Meski demikian, gejolak (volatilitas) kurs rupiah masih lebih baik dibandingkan negara lainnya. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi mengatakan, selama awal tahun hingga akhir Februari 2018, gejolak rupiah terhadap dolar AS hanya 8,3%.

Angka ini masih di bawah beberapa negara lainnya di regional Asean, seperti yuan China yang bergejolak 9,7%, won Korea 9%, ringgit Malaysia 11%, peso Filipina 9,8%.


“Di Asean, Indonesia hanya lebih rendah dari India yang volatilitasnya 6,3%," ujar Doddy di Gedung BI, Jakarta, Kamis (1/3).

Adapun ia menyebutkan, volatilitas rupiah masih lebih baik dibandingkan negara yang memiliki imbal hasil tinggi (high yield country), di antaranya volatilitas real Brasil yang sebesar 17%, peso Meksiko 14%, rand Afrika Selatan 18%, lira Turki 9,8%, dan rubble Rusia 15%.

"Ini mencerminkan upaya BI untuk menjaga volatilitas rupiah. Volatilitas naik karena global bergerak cepat, tapi kita tidak buruk," kata dia.

Namun demikian, ia enggan memaparkan di titik mana saja BI melakukan intervensi serta berapa volume yang kerahkan oleh BI untuk upaya ini.

“Volume intervensi, strategi intervensi, itu taktik. Kami berhadapan dengan pasar, jangan sampai ketahuan strateginya, itu kan top secret dan bagian dari strategi. Kami akan lakukan intervensi sesuai kondisi yang terjadi, seberapa besar aliran yang terjadi. Kalau kencang kami harus respon,” ucapnya.

Ia menambahkan, karena pasar AS sangat dominan, fenomena penurunan nilai tukar ini menjadi fenomena global. “Bukan hanya di satu negara rupiah saja. Hampir semua negara baik maju dan berkembang sama-sama mengalami pelemahan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto