Volatilitas emas masih tinggi



JAKARTA. Harga emas menguat setelah catatan Rapat The Fed pada bulan Maret lalu menunjukkan kehati-hatian dalam kebijakan moneter. Hal tersebut membatasi prospek kenaikan suku bunga dan mengangkat daya tarik logam mulia.

Mengutip Bloomberg, Kamis (7/4) pukul 17.21 WIB, harga emas kontrak pengiriman Juni 2016 menguat 1,05% ke level US$ 1.229,8 per ons troi dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, emas menguat tipis 0,009%.

Rilis catatan rapat The Fed tanggal 15 - 16 Maret lalu menunjukkan adanya perdebatan terkait pengetatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan tingginya resiko global. Dengan para pejabat The Fed yang tidak akan terburu - buru dalam menaikkan suku bunga, harga emas diuntungkan lantaran lebih kompetitif terhadap aset berbunga.


"Menjelang rilis klaim pengangguran Amerika Serikat Kamis malam (8/4), volatilitas harga emas masih akan tinggi," ujar Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures.

Menurut Deddy, harga emas saat ini cukup positif lantaran masih di atas US$ 1.200 per ons troi. Kondisi global menuntun investor untuk terus mengoleksi emas.

Spekulasi kenaikan suku bunga The Fed yang mereda menjadi sentimen utama penggerak emas saat ini. Selain itu, sentimen lain juga mendukung kenaikan harga logam mulia. Suku bunga negatif di Bank Sentral Eropa (ECB) menimbulkan kekhawatiran jika ekonomi belum akan membaik. Akhirnya, emas diburu sebagai safe haven.

Kekhawatiran perlambatan ekonomi juga melanda China. Meski data ekonomi mulai menunjukkan perbaikan, tetapi hal tersebut belum memberi jaminan ekonomi negeri panda tahun ini akan tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya.

Selanjutnya, emas akan kembali diuntungkan pada pertengahan tahun ini ketika isu Brexit alias keluarnya Inggris dari Uni Eropa kembali mencuat. Referendum Berxit akan dilakukan pada bulan Juni mendatang. "Semua sentimen cenderung menjadi katalis positif bagi emas," lanjut Deddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto