Volatilitas Harga dan Yield SBN Berpotensi Naik,Ini Rekomendasinya, Jumat (11/10)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BNI Sekuritas memproyeksikan akan terjadi peningkatan volatilitas pada harga dan yield instrumen Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi rupiah, Jumat (11/10). Kemarin, harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak variatif.

Head of Fixed Income BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe menyebutkan, Buraeu of Labor Statistics Amerika Serikat (AS) melaporkan pada bulan September 2024, consumer price index (CPI) meningkat sebesar 0,2% month-over-month, sejalan dengan dua bulan sebelumnya dan sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebesar 0,1%. Core consumer prices, yang tidak termasuk harga makanan dan energi, meningkat sebesar 0,3%, lebih cepat dari inflasi 0,2% pada bulan sebelumnya.

Secara tahunan, laju inflasi melambat menjadi 2,4%, yang merupakan level terendah sejak Februari 2021, meskipun sedikit di atas perkiraan sebesar 2,3%. Core inflation tahunan meningkat menjadi 3,3%, lebih cepat dibandingkan angka 3,2% sebelumnya.


Baca Juga: Pasar SUN Volatile, Ini Rekomendasi dari BNI Sekuritas, Kamis (10/10)

Amir berpandangan indikator global masih menunjukkan sentimen yang cenderung negatif. Hal itu tercermin dari level yield US Treasury (UST) yang masih relatif tinggi.

Yield curve UST 5-tahun bertahan di 3,91%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 3 basis poin (bps) menjadi 4,09%. Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia masih bertahan di 69bps.

Dus, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas pada harga dan yield instrumen SBN berdenominasi rupiah. "Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0084, FR0037, FR0078, FR0068, FR0080, FR0045, FR0075," tulisnya dalam riset, Jumat (11/10).

Adapun pada perdagangan kemarin, volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp 11,9 triliun, turun dari hari sebelumnya sebesar Rp 20,1 triliun. FR0103 dan FR0100 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, masing-masing sebesar Rp 2,3 triliun dan Rp 1 triliun. Sementara, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp 1,8 triliun.

Selanjutnya: 4 Makanan yang Baik untuk Pasien Kanker Usus Besar

Menarik Dibaca: Merasa Dicurangi, Shin Tae Yong Kritik Keputusan Wasit dan AFC

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih