KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian yang tengah melanda pasar akibat sentimen
tapering dan kasus Evergrande dinilai memberi peluang bagi reksadana
offshore. Walaupun secara jangka pendek kedua hal tersebut mengakibatkan volatilitas, secara jangka panjang reksadana
offshore diyakini masih punya prospek yang menarik. Presiden Direktur PT BNP Paribas Asset Management Priyo Santoso mengatakan, prospek reksadana
offshore secara jangka panjang masih menarik. Walau dia tidak memungkiri dalam jangka pendek ini pergerakannya akan cukup
volatile. Hal ini tidak terlepas dari adanya isu kasus gagal bayar Evergrande, raksasa properti di China serta hasil FOMC Meeting pada pekan ini yang berpotensi memberikan kejelasan soal
tapering. Khusus soal kasus Evergrande, Priyo melihat sikap pasar akan cenderung
risk-off atau menghindari risiko sembari
wait and see dan mencermati perkembangannya.
Baca Juga: Cermati Reksadana Baru Berbasis Syariah dan Teknologi dari BNP dan DBS Dia mencontohkan sentimen
tapering beberapa waktu yang lalu menyebabkan pasar cukup
volatile karena menantikan sikap The Fed. Namun, setelah dikonfirmasi bahwa
tapering akan dilakukan pada akhir tahun ini dan suku bunga acuan baru dinaikkan tahun depan, pasar pun kembali stabil. “Begitupun dengan kasus Evergrande ini, pasar masih akan mencerna situasinya dahulu. Pemerintah China kan tidak akan tinggal diam dan akan cari upaya menanggulangi masalah ini, tapi hal ini akan membuat pasar akan bergerak fluktuatif,” kata Priyo kepada Kontan.co.id, Rabu (22/9). Walaupun begitu, Priyo justru menyebut saat ini justru bisa menjadi jendela masuk bagi para investor ke produk reksadana
offshore. Fluktuasi harga yang terjadi akan memberikan kesempatan bagi investor untuk melakukan akumulasi ketika harganya terkoreksi.
Baca Juga: Ancaman krisis Evergrande membayangi pasar aset kripto Terkait pilihan reksadana
offshore yang bisa dijadikan pilihan investor, Priyo menyebut sebaiknya investor mengutamakan diversifikasi dan tidak bertumpu pada satu produk. Dia mencontohkan, investor bisa memiliki reksadana
offshore yang umum untuk mendapatkan kinerja yang stabil. Lalu, investor bisa menambah portofolio dengan produk reksadana
offshore yang tematik. “Reksadana
offshore tematik ini berfungsi sebagai
alpha generator, agar menambah imbal hasil yang diperoleh. Jadi kunci utamanya tetap melakukan diversifikasi,” imbuh Priyo. BNP Paribas AM baru saja merilis produk reksadana
offshore ketiganya, yakni BNP Paribas DJIM Global Technology Titans 50 Syariah USD. Reksadana ini merupakan produk yang pertama memberikan eksposur penuh ke saham-saham teknologi global. Indeks yang digunakan adalah DJIM Global Technology Titans 50 yang terdiri dari 50 saham perusahaan teknologi. Priyo optimistis produk tersebut akan menjadi incaran para investor. Ia membeberkan, pada peluncuran pertama, Senin (20/9), pihaknya berhasil meraih
net asset gathering sebesar US$ 31,1 juta.
Baca Juga: Pasar aset kripto dibayangi sentimen ancaman krisis Evergrande Lebih lanjut, Priyo menilai keberadaan reksadana indeks yang memberikan eksposur ke teknologi amat dibutuhkan saat ini mengingat kehidupan kita saat ini semuanya sudah sangat bergantung teknologi. Apalagi, kinerja indeks saham teknologi seperti DJIM Global Technology secara historis terbukti mampu memberikan kinerja yang apik. “Secara garis besar, indeks ini berisikan sektor teknolog yang terbagi dalam dua tema besar, yakni
software & computer services, dan
technology hardware & equipment. Berisikan 50 saham perusahaan teknologi yang pembobotannya mengikuti
float adjusted market cap,” kata Priyo. Terkait perusahaan teknologi yang menjadi portofolionya, sebanyak 82,9% berasal dari perusahaan AS. Sementara sisanya tersebar dari negara lain seperti Jerman, Belanda, China, Taiwan, dan sebagainya. Reksadana BNP Paribas DJIM Global Technology Titans 50 Syariah USD memiliki denominasi dalam dolar Amerika Serikat (AS). Bagi investor yang tertarik, reksadana ini memiliki minimal dana pembelian sebesar US$ 10.000 dan dapat dibeli melalui salah satunya lewat Bank DBS Indonesia.
Baca Juga: Prediksi IHSG hari Rabu (22/9) menguat, untuk trading pilih saham berikut Seiring diluncurkan dengan tema syariah, Priyo menyebut indeks tersebut sudah mengeliminasi perusahaan yang secara langsung bergerak di bidang atau memiliki 5 persen atau lebih (secara akumulatif) pendapatan yang berasal dari kegiatan yang dilarang.Kegiatan tersebut antara lain yang berkaitan dengan; alkohol, produk yang mengandung babi, senjata, musik, sinema, tembakau, jasa, keuangan, judi, hotel, dan hiburan dewasa. “Dengan eksposur ke saham yang berasal dari sektor-sektor yang akan jadi tulang punggung tatanan dunia baru, kami meyakini investor bisa memperoleh
value dari produk ini serta sebagai pilihan menarik untuk diversifikasi,” tutup Priyo.
Baca Juga: BNP Paribas Merilis Reksadana ETF Berbasis IDX Growth30 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati