Volatilitas pasar tinggi, volume transaksi pasar berjangka meningkat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penguatan dollar Amerika Serikat (AS) yang berlangsung konsisten sepanjang tahun ini membuat transaksi pasar valuta asing (valas) kurang bergairah. Namun, di tengah volatilitas saat ini, transaksi perdagangan valas pun diproyeksi akan kembali meningkat setidaknya hingga akhir bulan.

Anang E. Wicaksono, Manager Learning Center Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), mengakui adanya peningkatan volume transaksi dalam beberapa minggu terakhir. Menurutnya, itu terjadi seiring penguatan mata uang utama dunia lainnya terhadap dollar AS setelah sempat tertekan cukup lama.

"Sejak April, volume transaksi stagnan cenderung menurun karena hampir seluruh mata uang melemah terhadap dollar AS. Di pasar valas, investor jadi tidak aktif bertransaksi saat pasat bergerak dalam suatu tren tertentu," ujar Anang kepada Kontan, Jumat (7/9).


Pada Aprli lalu, misalnya, Anang menyebut rata-rata volume transaksi mata uang asing atau foreign exchange (forex) SPA menurut data ICDX mencapai 112.000 lot dalam sebulan.

Lalu, di bulan Mei rata-rata volume transaksi turun menjadi 98.000 lot dan semakin turun menjadi 70.000 lot pada bulan Juni. Volume transaksi bulanan makin merosot hingga hanya mencapai rata-rata 69.500 lot sepanjang Juli.

"Memasuki pertengahan Agustus, mata uang mayor selain dollar AS mulai rebound sehingga volume transaksi ikut meningkat," kata Anang. Menurutnya, rata-rata volume transaksi sepanjang Agustus lalu kembali melonjak sekitar 30% menjadi 80.600 lot.

Anang mengatakan, penguatan mata uang lain membuat volatilitas pasar kembali normal dan para trader bisa kembali membuat keputusan untuk masuk pasar atau sebaliknya melikuidasi posisinya. Ia menilai, mata uang mengalami rebound karena sudah reli turun hingga mendekati support terkuatnya sehingga sekarang terjadi pembalikan harga.

Berdasarkan data ICDX, Anang menyebut, saat ini pairing forex yang paling besar ditransaksikan adalah GBP/USD, kemudian disusul pairing EUR/USD, dan AUD/USD. "Poundsterling memiliki tingkat volatilitas paling tinggi sehingga peluang adanya selisih juga lebih besar," ujar Anang.

Namun, ia mengingatkan agar investor yang baru hendak masuk ke pasar valas tidak serta-merta mengincar keuntungan dari volatilitas produk semata. Apalagi di tengah situasi pasar saat ini yang masih dibalut sentimen beragam rupa.

"Investor yang mau masuk pasar forex lebih baik pasang target keuntungannya dulu dan hitung risiko yang mampu ditanggung karena perdagangan forex sifatnya jangka pendek dan berbeda dengan investasi seperti di instrumen saham," ujarnya.

Anang memproyeksi, penguatan mata uang utama nondollar AS secara umum masih bisa berlanjut setidaknya menebus separuh dari nilai penurunan sebelumnya.

"Tapi, harus diingat juga kalau pergerakan di pasar forex cenderung lebih cepat berubah karena sifatnya lebih short-to-mid term. Setidaknya untuk sekarang, sedang ada penguatan," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti