JAKARTA. Sepanjang tahun 2012, pergerakan rupiah banyak diberatkan oleh beban defisit neraca perdagangan. Managing Director, Head of Asia Currency Research The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC), Paul Mackel menyebut volatilitas pergerakan rupiah yang cukup tinggi terhadap mata uang dollar AS sepanjang tahun 2012.Namun dia memprediksi, volatilitas rupiah yang cukup gencar di tahun ini, akan mulai melambat atau turun perlahan di tahun 2013. "Inflasi di Indonesia masih bertahan di level stabil, sehingga membuat otoritas moneter mempertahankan tingkat suku Bunga (BI rate)," jelas Paul.Nah, jika tingkat suku bunga tetap di level terendah sepanjang masa, di 5,75%, maka obligasi pemerintah Indonesia masih cukup menarik untuk portfolio investor asing, yang serta merta mengundang capital inflow.Dia bilang penurunan pertumbuhan ekonomi China dan kebutuhan kebutuhan impor barang baku untuk menggenjot pembangunan, telah membuat defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia kian membengkak. "Pelemahan rupiah terjadi ditengah dollar AS yang juga melemah terhadap mata uang mayoritas," kata Paul, di acara Economy Outlook HSBC, Kamis (6/12).Diantara mata uang Asia lainnya, pelemahan rupiah tahun ini cukup banyak. "Mata uang negara-negara Asia Timur, seperti Taiwan, Korea Selatan dan China telah lebih dulu mengejar ketinggalannya," jelas Paul.Paul masih optimistis dengan target pertumbuhan Indonesia di level 6,2%. "Inflasi yang terkendali, mempertahankan suku bunga di level rendah turut menggebarak pertumbuhan kredit yang kuat untuk mendorong pembangunan," jelasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Volatilitas rupiah akan mulai mereda di 2013
JAKARTA. Sepanjang tahun 2012, pergerakan rupiah banyak diberatkan oleh beban defisit neraca perdagangan. Managing Director, Head of Asia Currency Research The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC), Paul Mackel menyebut volatilitas pergerakan rupiah yang cukup tinggi terhadap mata uang dollar AS sepanjang tahun 2012.Namun dia memprediksi, volatilitas rupiah yang cukup gencar di tahun ini, akan mulai melambat atau turun perlahan di tahun 2013. "Inflasi di Indonesia masih bertahan di level stabil, sehingga membuat otoritas moneter mempertahankan tingkat suku Bunga (BI rate)," jelas Paul.Nah, jika tingkat suku bunga tetap di level terendah sepanjang masa, di 5,75%, maka obligasi pemerintah Indonesia masih cukup menarik untuk portfolio investor asing, yang serta merta mengundang capital inflow.Dia bilang penurunan pertumbuhan ekonomi China dan kebutuhan kebutuhan impor barang baku untuk menggenjot pembangunan, telah membuat defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia kian membengkak. "Pelemahan rupiah terjadi ditengah dollar AS yang juga melemah terhadap mata uang mayoritas," kata Paul, di acara Economy Outlook HSBC, Kamis (6/12).Diantara mata uang Asia lainnya, pelemahan rupiah tahun ini cukup banyak. "Mata uang negara-negara Asia Timur, seperti Taiwan, Korea Selatan dan China telah lebih dulu mengejar ketinggalannya," jelas Paul.Paul masih optimistis dengan target pertumbuhan Indonesia di level 6,2%. "Inflasi yang terkendali, mempertahankan suku bunga di level rendah turut menggebarak pertumbuhan kredit yang kuat untuk mendorong pembangunan," jelasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News