KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gudang Garam Tbk (
GGRM) masih berpotensi mengerek volume penjualannya. Hal ini didorong oleh pertumbuhan permintaan jelang Pemilu. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan bahwa perseroan masih berpotensi menghasilkan kinerja positif. Ini seiring proyeksi yang lebih baik di semester II. "Ini berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu karena secara historikal produksi dan penjualan mengalami peningkatan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (6/9).
Baca Juga: Dividen Perusahaan Global Pecah Rekor, Bagaimana dengan Emiten Indonesia? Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, pada Pemilu 2019 yang berlangsung dari September 2018 sampai April 2019, rata-rata produksi rokok di periode tersebut tercatat sebanyak 29,59 miliar batang. Sementara periode yang sama tahun sebelumnya, produksi rokok sebesar 24,36 miliar batang. Sehingga terdapat kenaikan produksi 21,46% YoY. Menilik pada laporan keuangan GGRM, pada 2018 pendapatan perseroan tumbuh 14,88% YoY dan di 2019 tumbuh 15,48%. Sementara selepas Pemilu di 2020, pendapatan GGRM tercatat hanya tumbuh 3,57% YoY.
"Ini menggambarkan saat Pemilu daya beli masyarakat semakin menguat," sambungnya. Tim riset RHB Sekuritas juga menilai GGRM juga berpotensi memicu pertumbuhan volume penjualan seiring pulihnya permintaan. Hal ini juga didorong menurunnya agresivitas perseroan untuk meningkatkan harga.
Baca Juga: Cermati Saham-Saham yang Banyak Ditadah Asing Saat IHSG Tertekan pada Selasa (5/9) Ia menerangkan bahwa pada Juli sampai Agustus, kenaikan harga GGRM telah rendah paska kenaikan harga agresif di kuartal II 2023 yang membuat pertumbuhan volume penjualan yang lebih rendah.
"Kami perkirakan GGRM tidak akan menaikkan harga di semester II 2023 untuk menjaga volume penjualannya," katanya.
RBH Sekuritas pun menjagokan GGRM seiring dengan pulihnya margin. Sebagai informasi, pada semester I 2023 perseroan berhasil memangkas biaya pokok penjualan dari Rp 56,53 triliun menjadi Rp 47,92 triliun sehingga laba bersih naik menjadi Rp 3,28 triliun dari Rp 956,14 miliar. RHB Sekuritas mempertahankan rating buy GGRM dengan target harga Rp 31.700. Sementara Nafan merekomendasikan akumulasi GGRM dengan target harga 1 di Rp 25.000 dan target harga 2 pada level Rp 26.800. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli