Volume penjualan CPO naik 46%, laba Dharma Satya Nusantara (DSNG) anjlok 57% di 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen crude palm oil (CPO) PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) mencatatkan kenaikan penjualan 20,5% secara tahunan menjadi Rp 5,74 triliun pada 2019. Sayangnya, laba bersih DNSG anjlok 57,2% year on year (yoy), dari Rp 420,5 miliar pada 2018 menjadi Rp 179,94 miliar.

Direktur Utama DSNG Andrianto Oetomo mengatakan, kinerja finansial DSNG pada 2019 masih terdampak penurunan harga penjualan CPO. "Harga jual rata-rata CPO DSNG pada tahun lalu sebesar Rp 6,5 juta per ton atau turun 10% dibandingkan harga rata-rata CPO tahun 2018 yang mencapai Rp 7,2 juta per ton," ucap Andrianto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/4).

Baca Juga: Laba Dharma Satya (DSNG) anjlok 57,2% pada 2019


Meskipun begitu, menurut Andrianto, kinerja finansial DSNG pada 2019 masih terbantu oleh volume penjualan CPO yang naik 46% dibanding  2018. Pasalnya, Dharma Satya Nusantara memperoleh tambahan produksi CPO dari dua perusahaan perkebunan kelapa sawit yang diakuisisi DSNG pada akhir 2018 dan naiknya jumlah kebun DSNG yang sudah menghasilkan.

Pada 2019, produksi CPO DSNG mencapai 610.000 ton atau naik 25% secara tahunan. Dari jumlah tersebut, dua kebun yang diakuisisi Dharma Satya Nusantara berkontribusi sekitar 95.000 ton CPO atau 15% terhadap total produksi CPO DSNG.

Kemudian, jumlah lahan tertanam DSNG mencapai 112.450 hektare. Sebanyak 101.799 hektare merupakan kebun yang sudah menghasilkan dengan umur rata-rata tanaman (inti dan plasma) sekitar 9,9 tahun.

Baca Juga: Ada wabah corona, Dharma Satya (DSNG) berharap permintaan CPO domestik meningkat

Asal tahu saja, segmen  usaha kelapa sawit kontribusi sebesar 83% dari total penjualan DSNG 2019, sedangkan sisanya yang sebesar Rp 1 triliun berasal dari segmen usaha produk kayu.

Pada usaha kayu, DNSG mencatat kenaikan volume penjualan untuk produk panel menjadi 97 ribu meter kubik atau naik 15% secara tahunan. Di sisi lain, volume penjualan produk engineered flooring turun 15% yoy menjadi 932 ribu meter persegi menyusul turunnya permintaan dari pasar ekspor.

Pada tahun 2019, DSNG membukukan EBITDA Rp 1,31 triliun dengan margin EBITDA sebesar 23%. EBITDA ini turun dibanding 2018 yang sebesar Rp 1,33 triliun dengan margin EBITDA 28%.

“Kami berusaha untuk menjaga margin EBITDA pada level yang tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan tahun 2018 melalui peningkatan produktivitas kebun dan efisiensi di tengah penurunan harga CPO,” kata Andrianto.

Baca Juga: Antisipasi kenaikan permintaan, Dharma Satya (DSNG) kerek produksi CPO tahun ini

Menanggapi dampak pandemi virus corona terhadap kinerja DSNG Andrianto mengatakan, situasi ini berpotensi untuk mengganggu ekonomi global termasuk Indonesia yang berdampak pada aktivitas usaha. “Kami akan terus memantau situasi terkait Covid-19, menilai, dan merespons secara aktif atas dampaknya terhadap posisi keuangan dan hasil operasi. Penilaian DNSG atas dampak Covid-19 dapat berubah sebagai akibat peristiwa atau kondisi di masa depan yang berada di luar pengendalian manajemen," ungkap dia.

Meskipun begitu, pada tahun 2020, DSNG tetap berencana membangun dua pabrik kelapa sawit baru seiring dengan makin bertambahnya jumlah produksi dan luas kebun yang menghasilkan. Sampai akhir 2019, DSNG memiliki 10 pabrik kelapa sawit dengan total kapasitas produksi 570 ton tandan buah segar (TBS) per jam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati