JAKARTA. Strategi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) untuk menjaga margin turut berdampak pada pangsa pasar perseroan di kuartal I-2015. Pangsa pasar INTP turun menjadi 28,5% jika dibanding periode sama tahun lalu sebesar 30%. Direktur Utama INTP, Christian Kartawijaya mengatakan, perseroan lebih selektif dalam memilih daerah penjualan semen. "Kami hanya memasok ke daerah yang memberi margin lebih baik," ungkapnya di Jakarta, Rabu (14/5). Hal ini sebagai strategi INTP dalam menyiasati kenaikan beban dan penurunan harga semen. Di samping itu, sektor semen masih mengalami perlambatan di kuartal pertama tahun ini. Seiring dengan perlambatan ekonomi, konsumsi semen domestik dalam tiga bulan pertama tahun ini turun 3,2% dibanding tahun lalu. Volume penjualan INTP juga terkena dampaknya, dengan penurunan sebesar 8%. Permintaan pasar yang lebih lambat mengakibatkan pendapatan INTP per akhir Maret 2015, turun 3,8% menjadi Rp 4,33 triliun. Laba bruto juga turun 2,3% menjadi Rp 1,9 triliun. Untungnya, perseroan dapat meningkatkan margin laba bruto sebesar 60 basis poin (bps) menjadi 44,5%. "Harga komoditas yang lebih rendah secara positif berkontribusi pada pasis biaya perseroan," lanjut Christian. Hal tersebut dapat mengimbangi biaya tingginya biaya listrik dan pelemahan nilai tukar rupiah. Selanjutnya laba usaha INTP naik 4,5% menjadi Rp 1,27 triliun dengan margin usaha yang naik 240 bps menjadi 29,5%. Kenaikan margin laba usaha merupakan hasil dari ketatnya pengendalian biaya dan fokus perseroan pada tindakan yang berorientasi pada mergin. Pada laba komprehensif INTP di kuartal I-2015 naik 4,7% menjadi Rp 1,07 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Volume penjualan Indocement turun 8% di kuartal I
JAKARTA. Strategi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) untuk menjaga margin turut berdampak pada pangsa pasar perseroan di kuartal I-2015. Pangsa pasar INTP turun menjadi 28,5% jika dibanding periode sama tahun lalu sebesar 30%. Direktur Utama INTP, Christian Kartawijaya mengatakan, perseroan lebih selektif dalam memilih daerah penjualan semen. "Kami hanya memasok ke daerah yang memberi margin lebih baik," ungkapnya di Jakarta, Rabu (14/5). Hal ini sebagai strategi INTP dalam menyiasati kenaikan beban dan penurunan harga semen. Di samping itu, sektor semen masih mengalami perlambatan di kuartal pertama tahun ini. Seiring dengan perlambatan ekonomi, konsumsi semen domestik dalam tiga bulan pertama tahun ini turun 3,2% dibanding tahun lalu. Volume penjualan INTP juga terkena dampaknya, dengan penurunan sebesar 8%. Permintaan pasar yang lebih lambat mengakibatkan pendapatan INTP per akhir Maret 2015, turun 3,8% menjadi Rp 4,33 triliun. Laba bruto juga turun 2,3% menjadi Rp 1,9 triliun. Untungnya, perseroan dapat meningkatkan margin laba bruto sebesar 60 basis poin (bps) menjadi 44,5%. "Harga komoditas yang lebih rendah secara positif berkontribusi pada pasis biaya perseroan," lanjut Christian. Hal tersebut dapat mengimbangi biaya tingginya biaya listrik dan pelemahan nilai tukar rupiah. Selanjutnya laba usaha INTP naik 4,5% menjadi Rp 1,27 triliun dengan margin usaha yang naik 240 bps menjadi 29,5%. Kenaikan margin laba usaha merupakan hasil dari ketatnya pengendalian biaya dan fokus perseroan pada tindakan yang berorientasi pada mergin. Pada laba komprehensif INTP di kuartal I-2015 naik 4,7% menjadi Rp 1,07 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News