Volume penjualan meningkat, pendapatan bersih Indocement naik 4,5% per September 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang sembilan bulan pertama 2021, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan kenaikan pendapatan bersih 4,5% year on year (yoy), dari Rp 10,15 triliun menjadi Rp 10,61 triliun. Kinerja positif ini seiring dengan volume penjualan keseluruhan yang tumbuh 6,9%.

Per kuartal ketiga 2021, volume penjualan domestik untuk semen dan klinker tumbuh 4,9% yoy atau 594.800 ton menjadi 12,7 juta ton. Sementara itu, volume penjualan ekspor melesat 288% yoy atau 247.500 ton menjadi 333.000 ton.

Produk semen masih mendominasi volume penjualan INTP, yakni sebesar 12 juta ton untuk pasar domestik. Jumlah ini lebih tinggi 328.400 ton atau naik 2,8% yoy sehingga pangsa pasar semen INTP per kuartal ketiga 2021 secara nasional sebesar 25,5%.


Peningkatan volume penjualan semen domestik ini didorong oleh volume penjualan di luar Jawa yang naik 9,2% yoy, sedangkan di Jawa hanya tumbuh 0,5% yoy. Meskipun begitu, pangsa pasar INTP masih lebih besar di Jawa, yakni 34,1% sementara di luar Jawa 15,6%.

Baca Juga: DMO batubara berlaku, kinerja positif Indocement (INTP) diproyeksikan berlanjut

Peningkatan di luar Jawa terutama terjadi di Sulawesi dengan pertumbuhan volume penjualan sebesar 48% yoy dengan pangsa pasar 9,3%. Direktur & Corporate Secretary INTP Antonius Marcos mengatakan, hal ini didukung oleh pertumbuhan produk bulk dari proyek smelter di Konawe.

Sejalan dengan kenaikan volume penjualan, beban pokok pendapatan INTP meningkat 4,5% yoy, dari Rp 6,71 triliun menjadi Rp 7,02 triliun. "Namun, perusahaan berhasil menekan kenaikan biaya produksi lebih rendah di tengah kenaikan volume penjualan dan harga batu bara yang lebih tinggi," ucap Antonius dalam keterangan tertulisnya, Kamis (11/11).

Hal ini didorong oleh upaya perusahaan dalam meningkatkan bahan bakar alternatif dan batu bara dengan nilai kalori rendah (LCV). Perusahaan juga mengoperasikan kiln yang paling efisien, mengupayakan biaya distribusi yang lebih rendah, serta efisiensi di biaya penjualan dan administrasi.

INTP mencatat, tingkat komposisi bahan bakar alternatif per triwulan III 2021 meningkat menjadi 11,8% dari setahun penuh 2020 sebesar 9,3%. Tingkat penggunaan batubara LCV juga berada pada 88% per triwulan ketiga 2021 dari setahun penuh 2020 sebesar 80%.

Baca Juga: Empat emiten semen kompak catatkan kenaikan volume penjualan hingga kuartal ketiga

Margin pendapatan operasional meningkat 230 bps, dari 11,0% menjadi 13,3% dan marjin EBITDA meningkat 250 bps, dari 19,8% menjadi 22,3%. Pada akhirnya, laba periode berjalan INTP per September 2021 naik 8,2% yoy, dari Rp 1,12 triliun menjadi Rp 1,21 triliun.

Per kuartal ketiga 2021, INTP membukukan posisi kas bersih dengan kas dan setara kas Rp 6,8 triliun. Menurut Antonius, dengan posisi neraca keuangan yang kuat dan tidak adanya utang bank, INTP akan tetap tangguh selama masa pemulihan ekonomi saat ini. INTP juga mampu menghadapi kondisi kelebihan pasokan industri semen yang berkelanjutan, termasuk partisipasi dalam konsolidasi industri semen di masa depan.

Untuk ke depannya, INTP melihat adanya pemulihan ekonomi yang progresif seiring dengan langkah pemerintah melonggarkan PPKM. Kondisi ini dinilai berdampak positif pada kegiatan konstruksi selain pengeluaran anggaran akhir tahun untuk proyek infrastruktur dan komersial, termasuk beberapa manfaat insentif untuk sektor perumahan.

Dengan harga energi yang tinggi terutama pada harga batu bara dengan volatilitas yang tinggi baru-baru ini, INTP mulai menaikkan harga semen untuk meneruskan sebagian dari kenaikan biaya produksi. "Akan tetapi, kami terus harus menyeimbangkan dengan naik-turunnya pangsa pasar kami juga di pasar," kata Antonius.

Untuk tahun 2021 secara keseluruhan, INTP tetap positif terhadap konsumsi semen domestik yang tumbuh 4%-4,5%. Sejalan dengan itu INTP akan terus fokus pada pengendalian biaya, operasi yang efisien, dan transformasi digital di seluruh bisnisnya.

Baca Juga: Volume penjualan semen diproyeksi lebih baik tahun depan, ini faktor pendorongnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati