KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsumsi semen domestik pada tahun ini dinilai belum menunjukkan pemulihan yang optimal. Pandemi Covid-19 yang sempat melonjak pada awal kuartal ketiga telah menghambat pemulihan konsumsi semen domestik sepanjang tahun ini. Selama sembilan bulan pertama 2021, konsumsi semen domestik tumbuh 5,4% secara
year-on-year (YoY), Capaian ini memang jauh lebih baik dari pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu, dimana penjualan semen terkoreksi 9,3% YoY dan pada periode sembilan bulan 2019 yang terkoreksi 1,4% YoY. Namun, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin menilai, realisasi penjualan semen pada periode tersebut sebenarnya bisa lebih tinggi lagi jika tidak ada pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang ketat selama kuartal III-2021.
Mirae Asset mencatat, konsumsi semen domestik pada Juli, Agustus, dan September hanya tumbuh masing-masing 1,3%, 2,5%, dan 4,1% secara YoY. Padahal, konsumsi semen domestik selama paruh pertama 2021 sudah naik 7,2% YoY.
Baca Juga: Penetapan harga batubara US$ 90 per ton bisa jaga margin profitabilitas emiten semen Dengan asumsi tidak adanya pembatasan kegiatan masyarakat yang lebih ketat ke depan, Mirae Asset meyakini pemulihan permintaan semen akan berlanjut pada kuartal keempat ini dan tahun depan. Saat ini, Mirae Asset memperkirakan konsumsi semen domestik pada tahun ini dan tahun depan akan tumbuh masing-masing 5,8% dan 6,2% yoy, menjadi sekitar 66,2 juta ton dan 70,3 juta ton. Salah satu penopang penjualan semen adalah pemulihan di sektor perumahan (residensial). Sekitar 78% konsumsi semen nasional merupakan jenis kantong (sak) yang biasa digunakan untuk perumahan. Selama Januari-September 2021, konsumsi semen kantong meningkat 6,9% YoY. Seiring dengan pemulihan aktivitas ekonomi secara bertahap, Mimi berharap sektor perumahan dapat tumbuh di kuartal-kuartal mendatang. “Selain itu, era suku bunga yang relatif rendah seharusnya mendukung pemulihan di sektor properti, “ tulis Mimi dalam riset yang dikutip Kontan.co.id, Selasa (9/11). Pemulihan juga datang dari konsumsi semen curah (bulk), yang didorong oleh bergulirnya proyek infrastruktur. Meskipun pertumbuhan semen bulk masih tertinggal dibandingkan dengan pertumbuhan semen kantong , Mimi meyakini permintaan semen curah akan meningkat pada tahun depan. Peningkatan ini seiring dengan relaksasi pembatasan aktivitas masyarakat. Mimi meyakini pemerintah akan mempercepat proyek infrastruktur pada tahun depan untuk menebus proyek yang tertunda selama tahun ini dan tahun lalu.
“Kami meyakini hal tersebut akan menghidupkan kembali proyek infrastruktur untuk tahun depan (terutama di semester kedua), yang juga akan mendorong konsumsi semen,” sambung Mimi. Mirae Asset mempertahankan sikap
overweight terhadap sektor semen. Mirae menyematkan rekomendasi beli saham PT Semen Indonesia Tbk (
SMGR) dengan target harga Rp 12.000 dan rekomendasi
trading buy saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) dengan target harga Rp 14.100. Profitabilitas INTP dan SMGR dinilai bisa lebih baik dari tahun ini. Namun, risiko dari rekomendasi ini mencakup pertumbuhan permintaan yang lebih lambat dari perkiraan, biaya yang lebih tinggi dari perkiraan, dan/atau kelebihan pasokan dan persaingan yang lebih ketat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari