KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volume penjualan PT Semen Indonesia Tbk (
SMGR) diyakini bertumbuh kuat di tahun ini karena pulihnya penjualan ekspor dan domestik. Pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara bakal meningkatkan permintaan semen. Equity Research Sucor Sekuritas Clara Nathania mengatakan bahwa volume ekspor diproyeksikan akan pulih, didukung oleh pemulihan di sektor real estate dan infrastruktur China. Pemulihan di sektor real estate dan infrastruktur China dapat menjadi pertanda baik bagi SMGR karena China sebelumnya merupakan pasar ekspor utama Semen Indonesia, selain Australia, Bangladesh, dan Taiwan. Clara mengungkapkan, manajemen SMGR optimis penjualan ekspor bakal tumbuh kuat di tahun ini. SMGR memperkirakan penjualan mencapai 7-8 juta ton di tahun 2023, naik tajam dibandingkan dengan 6,1 juta ton pada tahun 2021 dan 3,6 juta ton pada tahun 2022.
Di tahun 2022, pasar ekspor menyumbang sekitar 10% dari pendapatan SMGR. Pada tahun lalu, SMGR melewati masa yang berat bagi penjualan ekspor karena keterbatasan batubara.
Baca Juga: Begini Kinerja Penjualan Solusi Bangun Indonesia (SMCB) di Tahun 2022 Sementara itu, lanjut Clara, volume pasar domestik juga diharapkan membaik seiring penjualan properti yang kuat dalam beberapa tahun terakhir, daya beli yang lebih baik dari harga komoditas ekspor yang tinggi, penurunan inflasi seperti harga energi yang lebih rendah, serta kenaikan upah yang moderat. “SMGR akan mendapatkan keuntungan dari anggaran infrastruktur yang lebih tinggi, serta pengembangan proyek Nusantara yang sedang berlangsung,” tulis Clara dalam riset tanggal 17 Januari 2023. Semen curah SMGR diproyeksikan tumbuh solid tahun ini. Sucor Sekuritas memperkirakan volume semen curah terus meningkat di tahun 2023. Proporsi semen curah telah meningkat dari 23,5% pada tahun 2021 menjadi 27,0% pada tahun 2022. SMGR menyoroti bahwa Indonesia akan membutuhkan hingga 1 juta ton semen curah tambahan per tahun untuk proyek infrastruktur dasar. Clara mengatakan, permintaan semen kantong juga akan membaik dari basis yang rendah di tahun 2022. Tahun lalu, permintaan semen katong turun karena melemahnya daya beli akibat kenaikan ASP. Secara campuran, SMGR bisa mencatat pertumbuhan volume penjualan sebesar 5% di tahun 2023. Permintaan yang lebih kuat dan volume penjualan yang lebih tinggi diperkirakan akan meningkatkan tingkat utilisasi SMGR menjadi 75% dari sekitar 70% saat ini. “Kami berharap pendapatan SMGR tumbuh kuat sebesar 22% dari kenaikan harga jual yang agresif dan volume penjualan yang lebih tinggi,” jelas Clara.
Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) Tingkatkan Inovasi untuk Memudahkan Aktivitas Konstruksi Selain itu, ekspansi margin bakal meningkatkan keuntungan SMGR. Emiten semen ini akan melihat ekspansi margin yang tajam di tahun 2023 seiring penyesuaian ASP yang agresif di tahun lalu sebesar 8,4% Year on Year (YoY). SMGR juga telah mengamankan 100% Domestic Market Obligastion (DMO) batubara untuk tahun ini yang akan semakin mengurangi tekanan biaya. Sucor Sekuritas memperkirakan EBITDA dan margin laba bersih Semen Indonesia sedikit meningkat, masing-masing menjadi 25,5% dan 8,5%. Laba bersih diperkirakan mencapai Rp 3.4 triliun di tahun ini, naik 21.8% yoy dari Rp 2.8 triliun di tahun lalu. Hanya saja, Analis Samuel Sekuritas Daniel Aditya menilai bahwa beban transportasi dan pengiriman bakal memberatkan SMGR karena pemerintah mengetatkan kebijakan over dimension and overload (ODOL) di jalan raya dan tol. Beban transportasi dan pengiriman pada SMGR menyumbang 39.0% dari total beban operasional perseroan. Sehingga, jika regulasi ini semakin marak, beban operasional emiten semen nasional ini akan meningkat cukup signifikan. "Tentunya regulasi ini akan berdampak besar pada industri semen melihat pengiriman semen mayoritas menggunakan truk angkut," imbuh Daniel kepada Kontan.co.id, Senin (6/3).
Baca Juga: Strategi Semen Indonesia (SMGR) Memperkuat Dominasi Industri Semen Nasional Kabar baiknya, Daniel menuturkan, penurunan harga batu bara dapat menjadi katalis untuk industri semen melihat mayoritas biaya produksi di dominasi oleh batu bara. Ditambah lagi SMGR telah mengamankan 100% harga DMO untuk batubara. SMGR juga memiliki potensi pertumbuhan volume melalui proyek IKN karena posisinya sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "SMGR pastinya akan menjadi prioritas untuk penyuplai (supplier) semen di proyek IKN tersebut," tambah Daniel. Daniel bilang, tantangan industri di awal tahun ini yakni penurunan penjualan semen nasional karena curah hujan yang tinggi. Selain itu, ada peningkatan harga pada segmen semen kantong.
Penjualan semen nasional mengalami penurunan cukup dalam di Januari 2023, dengan penurunan penjualan sebesar 12.0% MoM dan turun 7.0% YoY yang hanya mencapai 4.9 juta ton. Secara segmen, semen kantong mencatatkan penjualan sebesar 3.6 juta ton, turun 9.1% MoM, dan turun 8.7% YoY. Sementara, semen curah mencatatkan penjualan sebesar 1.3 juta ton, atau turun 19.3% MoM dan turun 2.2% YoY. Kendati demikian, Daniel masih merekomendasikan
buy untuk SMGR dengan target harga di Rp 9.200 per saham. Senada, Clara menyarankan
buy untuk SMGR dengan target harga di posisi Rp 10.400 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati