KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten semen masih tertekan. Tengok saja kinerja PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Volume penjualan emiten semen pelat merah ini masih turun. Volume penjualan semen SMGR di Juni 2018 cuma 3,31 juta ton. Jumlah tersebut lebih kecil 11,1% dibandingkan volume penjualan di periode yang sama setahun sebelumnya, yakni 3,73 juta ton. Padahal, di kuartal dua lalu, konsumsi semen cenderung meningkat. Di periode tiga bulan kedua tahun ini, konsumsi semen naik 0,5% menjadi 14,3 juta ton.
Sekretaris Perusahaan SMGR Agung Wiharto menuturkan, angka penjualan tersebut dipengaruhi oleh sedikitnya jumlah hari kerja pada bulan Juni lalu. "Juni sangat rendah konsumsinya, sehingga di saat libur tidak ada distribusi semen sama sekali karena banyak libur," ujar Agung kepada KONTAN, Jumat (20/7). Namun, SMGR tetap optimistis target volume penjualan tahun ini dapat tercapai. SMGR menargetkan konsumsi semen tahun ini tumbuh 4%–6% dari tahun lalu yang sebesar 66,5 juta ton. Secara historis, konsumsi semen di semester dua biasanya meningkat dengan adanya proyek-proyek pembangunan properti ritel. "Biasanya semester satu mengkonsumsi 40% dari total seluruh konsumsi satu tahun, di semester kedua 60%," papar Agung. Selain itu, pembangunan proyek di segmen properti ritel lebih banyak terjadi pada semester kedua karena faktor cuaca. Umumnya, pembangunan proyek ritel menanti musim kemarau agar proyek tak terkendala oleh hujan.
Industri semen juga berharap pada penjualan semen untuk proyek infrastruktur. Saat ini, proyek infrastruktur cukup banyak menyerap produksi semen dalam negeri. Penjualan semen curah tumbuh 19,7% di semester satu. Melihat kebutuhan semen untuk pembangunan infrastruktur tersebut, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan volume penjualan 5%–6% dari pencapaian tahun lalu. "Untuk mencapai target tersebut kami melakukan program-program marketing yang menarik," kata Antonius Marcos, Sekretaris Perusahaan INTP. Program marketing ini bertujuan untuk mendorong loyalitas konsumen INTP. Selain itu, emiten semen juga berharap dari pasar ekspor, meski persaingan ketat. Menurut Agung, pasar ekspor menjadi satu-satunya jalan keluar untuk melepas stok produksi saat pasar semen dalam negeri tengah kelebihan pasokan. "Kalau kami ada kelebihan produksi, lebih baik kami ekspor walaupun marginnya tipis sekali, yang penting bisa meningkatkan utilisasi," ungkap Agung. Namun ia tidak merinci besaran margin yang terpangkas. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie