KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Lantaran permintaan alat berat tidak mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu, maka hal ini berdampak bagi produksinya. Menurut Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) produksi alat berat diperkirakan tidak menguat seperti tahun lalu. Mengenai hasil produksi sampai kuartal ketiga tahun ini, Jamaluddin, Ketua Hinabi mengatakan masih menunggu laporan dan perhitungan penjumlahan semua pabrikan. Namun ia memprediksi masih terjadi penurunan, kisaran single digit dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Baca Juga: Produksi dan Jasa Tambang Naik, Penjualan Alat Berat United Tractors (UNTR) Turun Hinabi biasanya memaparkan data per tiga bulan, dimana pada semester-I produksi tercatat sebanyak 3.240 unit atau turun 4,1% dari periode sama tahun lalu sebesar 3.379 unit. Menurut Jamaluddin tren batubara yang melemah turut menyurutkan produksi pabrikan. "Seperti yang diketahui, sektor pertanbangan (mining) itu menyerap besar permintaan alat berat," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (14/10). Setidaknya hampir 40% konsumsi alat berat diisi sektor tersebut, sedangkan 30% untuk sektor konstruksi dan sisanya masing-masing untuk sektor agri dan logistik. Oleh karena itu Hinabi memproyeksikan produksi alat berat sampai akhir tahun berada pada level 7.000 unit saja, lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 7.981 unit. Sementara itu untuk kapasitas terpasang pabrikan nasional tahun ini telah mencapai 12.500 unit per tahun, hanya saja utilisasi masih belum berada pada level 60%. Baca Juga: Jasa Marga kejar target konstruksi Tol Manado-Bitung selesai pada kuartal II-2020 Sementara itu bagi distributor alat berat seperti PT Hexindo Adiperkasa Tbk memang tidak membidik tinggi volume penjualan sepanjang tahun fiskal April 2019 - Maret 2020 ini. Hal ini disebabkan perseroan kondisi pasar alat berat yang belum memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan. "Perang dagang berdampak besar bagi sektor ini, belum lagi kondisi politik pasca pemilu masih belum baik, jadi pelaku usaha wait and see," terang Djonggi Gultom, Direktur HEXA.
Volume produksi dan penjualan alat berat masih melemah
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Lantaran permintaan alat berat tidak mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu, maka hal ini berdampak bagi produksinya. Menurut Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) produksi alat berat diperkirakan tidak menguat seperti tahun lalu. Mengenai hasil produksi sampai kuartal ketiga tahun ini, Jamaluddin, Ketua Hinabi mengatakan masih menunggu laporan dan perhitungan penjumlahan semua pabrikan. Namun ia memprediksi masih terjadi penurunan, kisaran single digit dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Baca Juga: Produksi dan Jasa Tambang Naik, Penjualan Alat Berat United Tractors (UNTR) Turun Hinabi biasanya memaparkan data per tiga bulan, dimana pada semester-I produksi tercatat sebanyak 3.240 unit atau turun 4,1% dari periode sama tahun lalu sebesar 3.379 unit. Menurut Jamaluddin tren batubara yang melemah turut menyurutkan produksi pabrikan. "Seperti yang diketahui, sektor pertanbangan (mining) itu menyerap besar permintaan alat berat," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (14/10). Setidaknya hampir 40% konsumsi alat berat diisi sektor tersebut, sedangkan 30% untuk sektor konstruksi dan sisanya masing-masing untuk sektor agri dan logistik. Oleh karena itu Hinabi memproyeksikan produksi alat berat sampai akhir tahun berada pada level 7.000 unit saja, lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 7.981 unit. Sementara itu untuk kapasitas terpasang pabrikan nasional tahun ini telah mencapai 12.500 unit per tahun, hanya saja utilisasi masih belum berada pada level 60%. Baca Juga: Jasa Marga kejar target konstruksi Tol Manado-Bitung selesai pada kuartal II-2020 Sementara itu bagi distributor alat berat seperti PT Hexindo Adiperkasa Tbk memang tidak membidik tinggi volume penjualan sepanjang tahun fiskal April 2019 - Maret 2020 ini. Hal ini disebabkan perseroan kondisi pasar alat berat yang belum memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan. "Perang dagang berdampak besar bagi sektor ini, belum lagi kondisi politik pasca pemilu masih belum baik, jadi pelaku usaha wait and see," terang Djonggi Gultom, Direktur HEXA.